Detik-detik PPG !

 


     Penulis termasuk yang percaya jika guru berkualitas akan melahirkan generasi yang luar biasa. Tetapi tentu menjadi guru yang berkualitas di era sekarang ini sungguh menjadi tantangan yang luar biasa. Apalagi menjadi sebagai Guru Pendidikan Agama Islam. Dimana seorang Guru Pendidikan Agama Islam diharapkan dituntut untuk menciptakan insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. 

   Semoga dengan penulis mengikuti PPG (Pendidikan Profesi Guru) yang dimulai hari Kamis nanti bukan sekedar keperluan administrasi belaka yang hanya untuk  mendapatkan tambahan kesejahteraan tetapi lebih jauh dari pada itu untuk menciptakan lingkungan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT secara lebih subtansi. 

     Betapa sedihnya hingga sekarang masih banyak peserta didik yang hingga jenjang SMA masih belum mengetahui panjang pendek ketika membaca Al Qur'an bahkan penulis temui selama 4 tahun mengajar ada saja beberapa yang sama sekali tidak bisa mengaji sama sekali. Mungkin pembaca mengetahui adakah sekolah umum yang menjadi percontohan di Indonesia yang menghasilkan lulusannya lancar sesuai kaidah tajwid dalam membaca Al Qur'an ? Jika ada bisa di sharing keberhasilan hal tersebut. Padahal kita tahu idealnya tingkatan SMA itu sudah dalam taraf menganalisis tetapi membaca pun masih belum efektif.

        Tantangan berikutnya menurut penulis adalah di beberapa tempat kurang berfungsinya MGMP ( Musyawarah Guru Mata Pelajaran) sebagai ajang untuk bermusyawarah dalam peningkatan segala kegiatan keagamaan, pengajaran, dan pendidikan karena hanya sebatas administratif . Mungkin pembaca mengetahui adakah MGMP Pendidikan Agama Islam yang menjadi percontohan di Indonesia dalam menghasilkan program sekolah yang berhasil menerapkan hasil musyawarahnya ? Jika ada bisa di sharing keberhasilan tersebut.

       Penulis pun memimpikan bahwa kegiatan MGMP itu memang sebagai ajang untuk bermusyawarah menentukan arah pembinaan Guru Pendidikan Agama Islam. Semisal secara khusus pemerintah baik itu Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia serta Kementrian Agama Republik Indonesia membiayai mendatangkan Ustadz atau Kyai atau Tuan Guru semisal Gus Baha, Ustadz Adi Hidayat, Habib Quraisy Shihab, Habib Segaf Baharun, Gus Qoyyum, Buya Yahya dan lain-lainnya yang memang ahli di bidang setiap bab materi Pendidikan Agama Islam yang diajarkan untuk mengupas secara mendalam hal tersebut secara tatap muka dan tentunya terdapat follow up yang berlangsung selalu.

        Karena sejauh pengamatan penulis , belum ada semacam konseling untuk  Guru Pendidikan Agama Islam saat ini untuk sekolah umum. Padahal berbagai keluh kesan Guru Pendidikan Agama Islam itu mungkin sangat banyak tetapi karena tidak ada tempat untuk mengadu menjadikan sunyi senyap seperti tidak terjadi apa-apa. Bahkan dengan kecanggihan teknologi sekarang ini semuanya hanya melibatkan youtube, google, padahal kita mengetahui dari kitab Shahih Muslim bahwa sanad adalah bagian dari agama. Kalau bukan karena sanad, pasti siapapun bisa berkata dengan apa yang dikehendakinya.

        Dan memang seperti perkataan Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan yang terbaik untuk di Indonesia itu adalah seperti pesantren. Karena disana terdapat pengajaran dan pendidikan secara langsung bahkan interaksi antara guru dan murid berlangsung masif. Apakah suatu saat sekolah umum akan dijadikan seperti pesantren yang diadopsi oleh SMA Negeri Banua Kalimantan Selatan ? 

         Fenomena datangnya Habib Umar bin Hafidz ke Indonesia membuktikan bahwa guru yang berkualitas akan menghasilkan gerakan masyarakat yang cinta dengan menjalankan syariat Islam. Bayangkan jika semua Guru Pendidikan Agama Islam seperti Habib Umar bin Hafidz, betapa luar biasanya sekolahan kita di Indonesia.

            Perlu kerjasama yang tersistem dari semua stake holder untuk menciptakan lingkungan yang memang subtansinya agamis bukan sekedar slogan. Tanpa kerjasama pemerintah, pengawas, kepala sekolah, semua guru mapel, orangtua, dan masyarakat maka entah berapa abad lagi terciptanya negeri yang baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur.

            Tetapi dengan kita memikirkan tantangan di atas walaupun hanya memikirkan berarti ikut berkontribusi untuk menciptakan negeri yang baldatun toyyibatun wa rabbun ghofur. Yuk berkontribusi untuk kemajuan Pendidikan Agama Islam di sekolah walaupun hanya dengan hal kecil seperti 1 sekolah 1 mushola yang sesuai dengan kapasitas warga sekolahnya agar kegiatan keagamaan dapat efektif berjalan. 

Komentar

  1. Perlu kolaborasi yang baik dengan seluruh warga sekolah untuk kelancaran program khususnya guru PAI jika tidak program hanya sebatas program pelaksanaannya tidak Ada 🙏
    Semoga lancar dan sukses PPG pian gus 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar pakk kolaborasi dan kesadaran bersama tentang pentingnya nilai-nilai PAI diperjuangan bersama hihiii... terimakasih doanya ya pakkk...Semangat selalu bapak ,semoga kelak tulisan demi tulisan pian menjadi inspirasi bagi kita semua pak..:)

      Hapus

Posting Komentar