Studi Banding KBMN Gudang Inspirasi

 

        Studi banding menjadi rangkaian kegiatan dari kopdar KBMN (Kelas Belajar Menulis Nusantara) ke 2 kali ini. Pada pagi hari Penulis berkunjung ke MTsN 4 Bantul, salah satu lima besar madrasah terbaik di Indonesia. Penulis pun secara saksama dan dalam tempo singkat mengabadikan hal-hal yang membuat sekolah tersebut maju.

        Salahsatu kemajuan yang dialami oleh sekolah tersebut karena menggerakan literasinya. Bukan hanya peserta didik yang diwajibkan untuk menulis, tetapi pendidik pun juga. Banyak sekali karya dari peserta didik dan pendidik berupa baik berupa buku solo maupun buku antologi. Hal ini perlu dicontoh oleh setiap sekolahan yang ingin sekolahnya maju dalam hal literasi.

    Penulis pun tertarik mendalami literasi di sekolah tersebut. Berikut adalah langkah-langkah pembiasaan literasi yang dilakukan oleh MTsN 4 Bantul, diantaranya :

1. Membaca dan meringkas bacaan dalam 2 kali per minggu setelah istirahat pertama.

2. Pelatihan literasi untuk siswa dan guru dengan mengundang narasumber yang berkompeten.

3. Menerbitkan buku antologi siswa dan guru sekali dalam setahun.

4. Menerbitkan buku hasil ujian praktik siswa kelas IX.

5. Mengikuti festival literasi tingkat nasional.

6. Mengikuti berbagai event lomba menulis, pidato, puisi, dan sebagainya.

        Kegiatan ini tidak lepas dari uswatun hasanah kepala sekolah. Kepala sekolahnya pun juga menulis sehingga kegiatan literasi disekolah ini dijalankan seluruh pihak. Bahkan kegiatan literasi ini juga dianggarkan. Sebelum melakukan FGD ( Focus Group Discussion) mereka melakukan pra rapat 2 hari sebelumnya. Kebetulan malam ini mereka bersiap-siap untuk melakukan FGD di daerah Tegal untuk merencanakan kegiatan dalam setahun kedepan.

            Studi banding selanjutnya adalah ke penerbit Andi. Penerbit Andi adalah penerbit Mayor yang sudah malang melintang di dunia percetakkan. Di awal work shop disajikan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2017 tentang sistem perbukuan. Dikatakan disalahsatu pertimbangannya bahwa buku sebagai salah satu sarana membangun dan meningkatkan budaya literasi masyarakat Indonesia perlu mendapatkan perhatian khusus guna mendorong masyarakat berperan dalam tingkat global.

            Disini dijelaskan mengenai mekanisme penerbitan buku di penerbit Andi. Bahkan penerbit Andi disamping dapat mencetak fisik dalam bentuk digital berupa e-Book pun disediakan karena untuk memenuhi kebutuhan zaman. Seperti contoh buku toko Agung yang sudah sekitar 70 tahun mewarnai dunia penerbitan di Indonesia pun bangkrut karena tidak melakukan tranformasi digital ini. Efek digital sangat berdampak sekali ditengah pro-kontranya.

        Penerbit tentu butuh penulis, penulis pun butuh penerbit. Jika salahsatunya tidak berkontribusi maka kiamat dunia literasi akan terjadi. Efek terburuknya adalah tidak ada lagi bahan bacaan yang dapat kita akses di negeri Indonesia ini.

        Bagaimana menghindari kiamat literasi ? dengan selalu mengupgrade diri dan tidak pernah bosan untuk belajar. Penulis tadi duduk berdampingan dengan birokrat yang menulis. Beliau bernama Bapak Dr. Ir. Adrinal MS. Beliau bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) di Jakarta. Banyak sekali obrolan ringan namun bermakna ketika bersama beliau. Beliau walaupun seorang birokrat sudah banyak sekali menelurkan buku solo bahkan pembuat biografi penjabat di Republik Indonesia ini.

        Beliau menceritakan betapa pentingnya seorang birokrat untuk menulis, agar setiap gagasannya dapat berkontribusi untuk perbaikan sistem yang ada di Indonesia. Jika birokratnya melek literasi,maka dapat dipastikan kemajuan akan menghampiri, kebijakan akan bermaslahat bagi masyarakat, dan lain-lain. Yuk menulis.

            

Komentar

  1. Masya Allah tabarokallah studi banding banyak membawa berkah tambah cerdas aamiin

    BalasHapus

Posting Komentar