Pembelajaran Emas

 

        Tepat hari ini adalah penghujung Bulan Mei. Bulan yang diasosiasikan sebagai bulan pendidikan. Segala cita-cita luhur salahsatu pelopor pendidikan Indonesia yakni Ki Hajar Dewantara yang hingga sekarang dapat dilihat, dilacak, dan di perbincangkan. Ini membuktikan bahwa keajaiban tulisan dapat memperpanjang umur seseorang. Indikator seseorang panjang umurnya adalah idenya akan selalu didiskusikan dimanapun dan kapanpun.  

            Secara kultural sebenarnya guru-guru di Indonesia sebagian besar sudah mempraktekkan apa yang disajikan oleh kurikulum merdeka. Salahsatunya adalah pembelajaran diferensiasi. Pembelajaran diferensiasi adalah usaha menyesuaikan proses pembelajaran dengan memberikan beragam cara baik berupa diferensiasi konten, proses, dan produk serta lingkungan untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap individu. Pada hari ini penulis menyaksikan hal tersebut di SMA Negeri 1 Rantau mata pelajaran Bahasa Indonesia.


            Sebuah produk pembelajaran berupa drama yang menjadi sebuah asesmen formatif ,dipilih oleh Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia yakni Ibu Munikah. Ibu Munikah membebaskan peserta didik untuk membentuk kelompok, informasi ini penulis dapatkan dari peserta didik bernama Zidan. Hal ini merupakan Diferensiasi proses. Dalam pemilihan tema pun diberikan kebebasan, penulis menyaksikan 3 kelompok yang maju tadi. Kelompok 1 dari kelas XI IPA 2 menyajikan drama mengenai legenda Tapin Balahindang yang bercerita mengenai naga. Kelompok 2 dari kelas XI IPA 1 menyajikan mengenai taubatnya seorang manusia. Dan kelompok 3 dari kelas XI IPA 1 juga yang menyajikan mengenai dunia persekolahan. Ini lah yang disebut dengan Diferensiasi konten . Penulis tidak menonton  seluruh kelompok karena diwaktu yang sama sedang mengikuti LMS dari Kemenag Republik Indonesia mengenai PTK (Penelitian Tindakan Kelas). 


           Penulis pun berharap agar seluruh guru di sekolah untuk selalu mempunyai semangat memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik. Memberikan pendidikan sesuai kebutuhan peserta didik. Dan salahsatu memberikan pelayanan pendidikan adalah dengan berani mencoba apapun untuk meningkatkan kualitas mutu pendidikan. Karena ini adalah PR besar untuk guru di Indonesia yang menurut PISA salahsatu penyakit dari pendidikan di Indonesia adalah kompetensi guru yang rendah. 

            Dan untuk pemerintah untuk selalu memperhatikan hak dari guru tersebut. Karena guru adalah pekerjaan profesional, maka harus diperhatikan juga kesejahteraannya. Bagaimana mungkin bisa menciptakan guru yang berkompetensi tinggi tetapi kesejahteraannya sangat tidak layak. Bahkan penulis mendengar masih ada seorang guru yang perbulannya 300 hingga 500 ribu. Bagaimana seorang guru tersebut bisa fokus untuk meningkatkan kompetensi diri sedangkan disaat yang bersamaan ia berjualan mencari sampingan untuk tambahan keluarganya.

           Kekurangan kita sebagai guru juga adalah tidak mendokumentasikan segala aktivitas dalam bentuk tulisan. Sehingga segala aktivitas pembelajaran yang sangat bagus tersebut padahal bisa menjadi inspirasi tetapi karena tidak dituangkan dalam bentuk tulisan maka hilang begitu saja dimakan zaman. Oleh karena itu penulis berusaha untuk menuliskan hal-hal yang baik dalam pembelajaran agar kelak tulisan ini bisa menjadi dasar bahkan dikembangkan oleh guru yang membaca tulisan ini. Oleh karena itu penulis ikut dalam pelatihan PTK(Penelitian Tindakan Kelas) ini semata-mata untuk belajar mengenai meningkatkan kualitas pembelajar dikelas. Inti dari PTK adalah refleksi pembelajaran dan mencari solusi dari masalah pembelajaran. Bahkan seperti yang dijelaskan oleh Ibu Cut sebagai Widiaswara dalam pelatihan tersebut dalam topik konsep penelitian kelas bahwa PTK ini lebih simple dibandingkan penelitian lainnya. Mengapa bisa lebih simple ? 

1. Dilakukan oleh guru sendiri diruang kelasnya beserta observer dari rekan sejawat guru juga.

2.Tidak terlalu formal karena ukuran kerepsentitatifan sampel tak dihiraukan, pengembangan instrumen yang valid dan reliabel tak dilakukan serta tak digunakan analisis statistik yang rumit.

3. Tidak selalu menggunakan Hipotesis (kecuali yang berkaitan dengan uji teori).

            Jadi penulis sangat menyayangkan jika melihat PTK hanya untuk kebutuhan naik pangkat atau memenuhi angka kredit. Sebenarnya hal itu wajar tetapi untuk menjadi guru yang sejati tentu tujuannya bukan berhenti disitu saja tetapi harus memiliki tujuan yang besar salahsatunya yakni untuk memperbaiki praktik pembelajaran secara langsung. Walaupun peraturan BKN yang terbaru mengatakan tidak perlu naik pangkat atau angka kredit menggunakan PTK, bukan berarti harus meninggalkan kegiatan PTK ini. Bagaimana gaji guru akan ditingkatkan pada tingkat sangat profesional sedangkan gurunya saja tidak memiliki semangat untuk meningkatkan kompetensi dirinya. Dan harus berapa korban peserta didik yang tidak terlayani karena kompetensi diri kita sebagai guru rendah. Padahal kita berharap pada tahun 2045 generasi emaslah yang akan memimpin semua sektor strategis Republik Indonesia. Semoga ini bukan harapan belaka menjadikan peserta didik kedepan menjadi generasi emas. Jangan sampai kita menciptakan generasi yang lemas dan cemas di tahun 2045.

Komentar