PPG Menakutkan ?

 

            Hampir 3 minggu tak bersua dengan dunia menulis di blog karena memfokuskan diri dengan aktivitas penyusunan tesis dan tugas mengajar di sekolah. Hari ini penulis kembali lagi setelah melakukan beberapa aktivitas seharian penuh di luar rumah. Rumah, khususnya tempat tidur untuk sekarang bagi penulis dan mungkin beberapa manusia lainnya adalah menjadi hal yang dirindukan keberadaannya.

              Beberapa bulan kedepan lebih tepatnya selama 6 bulan penulis dan teman-teman seperjuangan Guru Pendidikan Agama Islam batch 2 akan mengikuti kegiatan PPG. PPG singkatan dari pendidikan profesi guru. Output yang diharapkan oleh pemerintah dalam hal ini adalah menjadikan seorang profesional di bidangnya termasuk menjadikan guru profesional. Jika guru tersebut profesional maka harapan terbesarnya adalah menciptakan generasi yang berkualitas. 

             Tentu alasan materialis dari program PPG ini untuk meningkatkan kesejahteraan seorang guru tersebut. Jika seorang guru tersebut mapan, maka otomatis ketika mengajar dia akan semangat dan nyaman untuk menularkan ilmu mereka. Menurut penulis ini sah saja sebagai alasan karena kita masih hidup di dunia yang masih memerlukan finansial khususnya.

            Mengutip perkataan dari Ibu Ernawati selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tapin tadi pagi bahwa seorang guru apalagi seorang Guru Pendidikan Agama Islam adalah sosok panutan/ teladan bagi guru dan peserta didik lainnya. Otomatis jika dia seorang teladan maka hal yang harus dimiliki sebuah getaran frekuensi inspirasi. Karena yang mahal dari seorang guru, INSPIRASI.



               Inspirasi adalah sebuah dorongan untuk terus berpikir kreatif. Penulis baru saja menyelesaikan membaca sebuah buku berjudul Find Your Why karangan Simon Sinek. Disana diterangkan bahwa ketika kita mengetahui MENGAPA kita dalam suatu hal maka inspirasi akan selalu bergandengan dengan diri kita.

            Tentu kita telah mendengar , membaca, melihat berbagai cerita mengenai seorang guru atau ulama zaman dahulu bahwa seorang guru itu sangat jelas dalam mengungkapkan MENGAPAnya sehingga nama dan karyanya sampai saat ini tetap terus abadi terdengar. Penulis menyimpulkan bahwa MENGAPA nya mereka semua itu adalah melayani.

                Guru atau ulama zaman dahulu kenal dengan Mengapanya. Disebutkan dalam Q.S Az-Zariyat ayat 56 bahwa Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. Mengapanya adalah sebagai hamba untuk beribadah. Pantasnya seorang hamba adalah melayani bukan dilayani.

          Penulis juga sedang membaca buku berjudul Hidup itu Harus Pintar Ngegas dan Ngerem karangan dari Emha Ainun Nadjib yang mengatakan bahwa kalau niatmu melayani, kamu akan selalu mengapresiasi tiap orang yang kamu jumpai, dan itu melahirkan banyak sekali kreativitas-kreativitas. Nanti bonusnya adalah eksistensimu menjadi terjamin. Tapi, kalau tujuanmu adalah eksistensi, kamu malah tidak bisa memberi apa-apa pada orang. Ibadah itu mengabdi, mengabdi itu melayani.

                Maka dalam menghadapi PPG ini terutama untuk penulis sebagai seorang guru :

1. Anggap saja sebagai wahana untuk meningkatkan kualitas mengajar dan mendidik. Mengajar dan mendidik adalah bentuk pelayanan kita kepada peserta didik. Semakin berkualitas pelayanan kita, semakin baguslah output generasi yang dihasilkan.

2. Menata niat untuk kejernihan aktivitas kita sehingga apa yang kita lakukan selama 6 bulan kedepan itu dihitung Allah sebagai amal ibadah dan tentu harapannya segala amal kita diterima oleh Allah. Bukan kah kita sudah mengetahui bahwa semakin susah perjuangan maka semakin mulia dihadapan oleh Allah SWT. Karena ini adalah suatu perjuangan untuk memberikan pelayanan terbaik untuk generasi emas kita semua khususnya dalam hal Pendidikan Agama Islam.

3. Apapun yang disandarkan kepada Allah SWT maka dalam prosesnya akan ringan, mengapa ? Bukankah kita hanya disuruh oleh Allah untuk berusaha (ikhtiar) semaksimal mungkin di dunia ini, dan urusan hasil adalah milik Allah SWT. Maka jangan tebar pesimis tetapi adalah optimis. Optimis sangat berhubungan dengan kesehatan juga, semakin optimis maka semakin sehat pikiran dan jasmaninya.

              Oleh karena itu seperti jargon dari Ibu Fahrina selaku Kasi Pendidikan Agama Islam Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Kalimantan Selatan kurang lebihnya  bahwa Sukses bersama, Maju bersama untuk Pendidikan yang Berkualitas. Dan pada akhirnya ketika masa pensiun kelak kita semua akan tidur dengan nyaman dan tentram karena melihat generasi yang berhasil baik dari segi kecerdasan maupun keimanannya kepada Allah SWT.

            Tidak lupa juga kita sampaikan kepada Pemerintah Kabupaten Tapin dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tapin serta Kementrian Agama Kabupaten Tapin yang sudah membantu kita mahasiswa PPG Pendidikan Agama Islam untuk dibiayai dalam pembiayaan pendidikan ini. Semoga menjadi amal jariyah pihak yang membantu dalam ikut andil untuk kemajuan pendidikan di Indonesia khususnya Kabupaten Tapin, Allah SWT lancarkan rezekinya dan diberi kebahagiaan seluruh keluarganya lahir batin.

                PPG Menakutkan ? Siapa takut !!!!

            

Komentar