Samudra Judul dari Inspirator untuk Penulis Pemula

 

Hari yang cerah mengawali pagi tadi untuk berjalan ria menyambut kegiatan kopdar KBMN (Kelas Belajar Menulis Nusantara) dari gelombang 1 hingga 28 di Yogyakarta. Penulis bersama Ibu Yuni, Ibu Eka, dan tambahan satu pasukan elit yakni salah satu penulis produktif sekaligus inspirator menulis, Bapak Dai’l Ma’ruf yang biasa disebut Damar ke Kali Urang. Kali Urang adalah salah satu objek wisata favorite di Yogyakarta.


 

Banyak pembelajaran berharga seputar dunia menulis dalam perjalanan. Ini lah berkah dari silahturahmi. Kita bisa langsung belajar dari pakarnya secara langsung. Pembelajaran apakah itu ? Kecepatan dan ketepatan seorang Bapak Da’il Ma’ruf dalam menemukan sebuah judul untuk beberapa artikel yang akan dibuatnya membuat diri ini terpacu untuk terus menyimak setiap untaian kalimat yang di sampaikannya.

Akhirnya
penulis pun tergoda untuk membuat sebuah judul yang cepat dan belum tentu tepat yakni ketika kita mendapatkan rute naik jeep di daerah basah, spontan penulis mengatakan “ Jeritan Kebasahanku” kami pun tertawa bersama.

Memang judul sangat menentukan dalam kuantitas pembaca tulisan kita. Bapak Da’il Ma’ruf mencontohkan artikelnya yang banyak dilihat berjudul Sabu di SDN 03 Muncul Tangsel Dibudayakan, Walikota Berikan Penghargaan Kepada Kepala Sekolah. Seketika pasti pembaca bertanya-tanya mengapa di SDN 03 ada sabu yang diberikan penghargaan oleh Wali Kota ? Ternyata sabu tersebut berupa akronim Satu buku. Kegiatan membaca satu buku dalam seminggu didalam dunia pendidikan.

Bahkan ketika kita berada di sebuah rumah bekas peninggalan bencana gunung Merapi, Bapak Da’il menemukan beberapa judul , yang penulis ingat adalah “ Merapi Berbicara”. Beliau membuat judul begitu karena konteksnya sedang melihat tulisan di dinding sebuah rumah tersebut berbunyi “Aku ora ngalahan tur yo ora pengen dikalahke. Nanging mesti tekan janjine, mung nyuwun pangapuro nek ono seng ketabrak, keseret, kenter, kebanjiran lal klelep. Mergo ngalang-ngalangi dalan seng bakal tak liwati.”

Inti dari bahasa jawa tersebut adalah kalau sudah waktunya, Merapi meminta maaf jika menelan banyak korban karena itu memang pintasan dari awan panasnya. Penulis pun begitu takjub dengan spontanitas berbalut pengalaman tinggi dari Bapak Da’il Ma’ruf tersebut dalam menangkap sebuah intisari dari sebuah hal yang dilihatnya.

Pesan Bapak Da’il Ma’ruf terkait judul diantaranya lagi adalah buatlah paling sedikit 8 suku kata agar bisa berpotensi masuk dalam algoritma search engine agar tulisan kita bisa muncul dihalaman utama. Itulah kira-kira saran dari beliau.

Oleh karena itu untuk penulis pemula bisa gunakan strategi Bapak Da’il Ma’ruf dalam hal menulis yakni membuat judul terlebih dahulu. Judul pun berserakan disekitar kita. Lantas yang perlu dilatih adalah kepekaan kita dalam menangkap sebuah momen tersebut bisa menjadi tulisan yang informatif.

Jika pembaca bergerak di bidang pendidikan maka untuk sekarang bisa mengangkat judul terkait informasi PPDB agar peserta didik tidak bolak-balik untuk mengurus tersebut seperti “ Tips PPDB bagi Peserta Didik Baru selancar bernafas”

Ibu Yuni pun mengatakan“ Alternatif Wisuda anak sekolahan ” Judul ini diberikannya ketika didalam mobil setelah mendengar penjelasan mengenai judul menulis. Beliau mengatakan bahwa sebenarnya letak permasalahan dalam wisuda pada sekolahan itu terletak pada pemaksaan dalam pembiayaan. Maka sekolah tersebut menyarankan bahwa setiap peserta didik untuk membawa bekal dari rumah masing-masing. Disamping hemat biaya , dan dapat menimbulkan kedekatan bersama orangtuanya.


Penulis salut dengan Bapak Da’il Ma’ruf bahwa dalam hari ini ,penulis menyaksikan sendiri beliau dapat mengerjakan tiga artikel walaupun dalam keadaan sebagai panitia kopdar KBMN 2 ini. Penulis sengaja mengambil potret ketika beliau sedang mengerjakan artikel tersebut. Penulis pun tertantang untuk mencoba membuat dua artikel pada hari ini. Semangat mencoba !

Komentar

Posting Komentar