Ki Hajar Dewantara Panjang Umur Akibat Menulis

 


"Jadikan pendidikan itu seperti layaknya taman yang menyenangkan, meneduhkan, dan membawa kenyamanan"

(Ki Sumanto) 

       Alhamdulilah sudah sampai di rumah Kabupaten Tapin dengan selamat. Banyak hal waiting list yang akan ditulis. Sangking banyaknya membuat penulis bingung bagian peristiwa apa yang akan ditulis. Tetapi itu lah dinamika pikiran.

       Penulis ketika hari terakhir berada di Yogyakarta kemarin sempat mengunjungi makam dari tokoh pendidikan Indonesia yakni Ki Hajar Dewantara. Penulis kesana bersama sahabat rasa saudara yakni Naufal yang sekarang sedang melanjutkan pendidikan S-2nya di UGM. Ditemani cuaca yang tidak panas dengan hiasan mendungnya memberikan citra rasa berbeda.

        Disana penulis mendapatkan banyak pelajaran dan membuka wawasan karena tidak lama setelah melantunkan Alfatihah dan doa kepada Ki Hajar Dewantara di nisannya datang juru kunci makam tersebut yang bernama Ki Sumanto. Ki Sumanto adalah salah satu keluarga besar dari Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara.

     Pada setiap sisi makam terdapat gambar kisah perjalanan Ki Hajar Dewantara. Urutan kisah perjalanan tersebut sesuai dengan putaran jam. Ki Sumanto pun dengan semangat menceritakan dari awal hingga meninggalnya Ki Hajar Dewantara.



        Beberapa pelajaran yang penulis ingat dari Ki Sumanto jelaskan adalah bahwa Ki Hajar Dewantara ini salah satu putra bangsawan yang dikarunia kecerdasan dimulai dari kecil. Tandanya adalah beliau dari kecil sudah mempunyai kepedulian terhadap pribumi bahwa mereka harus mempunyai kesempatan memperoleh pendidikan yang sama. Karena pada zaman itu, pribumi yang boleh bersekolah adalah hanya keluarga dari bangsawan.

        Akhirnya dari tujuan besarnya itu lah beliau memulai perjuangannya, baik secara lisan maupun tulisan. Walaupun akibatnya beliau beberapa kali di penjara bahkan asingkan. Tulisan yang sangat terkenal dari beliau adalah berjudul " Andai Aku Seorang Belanda" yang sangat menggungah bagi pribumi, diantara diksinya :

Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya.


        Walaupun pada akhirnya beliau sempat diasingkan ke Negeri Belanda, beliau tetap produktif menulis. Karena bagi seorang guru menulis adalah sebuah bentuk perjuangan untuk mencerdaskan muridnya terlebih untuk anak bangsa seluruh Indonesia. Jadi kegiatan membaca atau menulis haruslah dimiliki oleh seorang yang dikatakan sebagai guru.
            
            Ki Hajar Dewantara pernah memperkenalkan istilah "Neng-Ning-Nung-Nang". Hal ini bisa dikaitkan dalam kegiatan kita sebagai guru. 
1. Neng kepanjangan dari meneng artinya diam bermakna bahwa sikap seorang guru itu harus diam dan tenang terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu dengan menjadi pendengar yang aktif.
2. Ning kepanjangan dari wening artinya jernih hati dan pikiran, seorang guru harus memiliki pikiran dan hati yang jernih sehingga dapat melihat masalah dengan objektif serta dapat memberikan alternatif solusi yang jenih juga.
3. Nung kepanjangan dari Hanung artinya kebesaran hati dan jiwa, seorang guru harus memiliki kebesaran hati dan jiwa apalagi dizaman sekarang ini yang terkadang banyak peserta didik yang membuat jengkel ditambah administrasi yang banyak dan kesejahteraan guru yang masih jauh dari kata layak.
4. Nang kepanjangan dari menang, seorang guru harus menang/ selesai dari dirinya dulu sebelum memutuskan untuk mengajar. Selesai disini bisa dikatakan sebagai bahagia ,dapat mengontrol diri, dan lain-lain. Sehingga energi yang ditularkan kepada peserta didik adalah manfaat apa yang bisa diberikan bukan manfaat apa yang aku dapatkan. Semangatnya adalah berbagi kebaikan, berbagi manfaat.
 
            Ternyata di makam ini terdapat beberapa Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Salah satunya adalah Ki Sarmidi Mangunsarkoro. Penulis sebenarnya belum pernah tau dengan beliau, tetapi di tulisan lainnya kita akan mengupas tuntas mengenai sepak terjang kebijakan perjuangan beliau di Bidang Pendidikan.
 
            Terakhir Ki Sumanto mengatakan kita harus mengenal asal usul kita. Mengenal asal usul kita itu dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah kodrat alam. Semakin kita bertentangan dengan kodrat alam, maka semakin kita akan tidak bahagia. Pertama, asal usul kita adalah dari Tuhan yang Maha Esa, jika Umat Islam adalah Allah SWT. Maka ketika kita mengetahui hal tersebut, kita harus berbuat baik kepada Allah SWT dengan cara menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangannya yang akhirnya menjadi muslim/muslimah yang taat.
            
         Kedua, asal usul kita dari bapak mama yang melahirkan kita. Oleh karena itu berbakti kepada orangtua harus diutamakan. Setinggi apapun jabatan, sehebat apapun karya, secerdas apapun kita tanpa kehadiran orangtua mustahil kita berada di titik tersebut. 
 
           Ketiga, asal usul kita adalah tidak bisa hidup sendiri. Oleh karena itu semangat bermanfaat untuk orang lain harus digelorakan, karena tanpa tetangga ataupun masyarakat kita tidak akan sempurna menjalani kehidupan ini. Orang lain diciptakan untuk saling melengkapi kekurangan yang ada diri kita. 
Tidak terasa adzan ashar berkumandang, akhirnya kami pun pamit kepada Ki Sumanto. Semoga suatu saat bisa berkunjung ke Taman Wijaya Brata Yogyakarta. 
 
            Efek dari gagasan beliau yang ditulis, sehingga sekarang kita dapat mempelajari, mendalami seluruh gagasan beliau mengenai pendidikan. Oleh karena itu tidak salah jika dikatakan bahwa menulis itu memperpanjang umur seseorang. Walaupun jasadnya dikebumikan di tanah, tetapi nama dan gagasannya tetap hidup menyertai kita. Yuk menulis.
            

Komentar

Posting Komentar