Belajar Menulis Mudah dari Beberapa Tokoh Penulis Nusantara

 


    Menulis bisa dimana saja, dan kapan saja. Penulis banyak belajar dari beberapa penulis senior yang kemarin berjumpa di Yogyakarta. Kesibukan tidak menjadi halangan untuk menulis dan produktif menerbitkan buku. Seperti Bapak Dr. Ir Adrinal yang bekerja di institusi Kemenpan RB /BPKP RI (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia) yang mengumpulkan segala tulisannya di Whatsapp grup yang ia buat sendiri. Sehingga terciptalah banyak karya buku salahsatunya buku berjudul Birokrat Menulis 1, 2, 3. Sungguh luar biasa. 

        Lalu saya berkenalan dengan Bapak DS I Wayan Sarjana salahsatu guru yang berasal dari Bali. Beliau produktif sekali menulis mengenai cerpen, puisi, pantun, dan mengenai profesinya. Beliau terlebih dahulu menyimpan tulisannya di noted pada aplikasi handphonenya, lalu setelah dirumah beliau jadikan satu hasil ide atau gagasannya kedalam laptop. Kebetulan penulis sekarang sedang membaca karya beliau berupa cerpen berjudul "Penari".

        Lalu saya mengenal Bapak Da'il Ma'ruf salah satu tokoh penggerakan dari organisasi HMI UNJ yang sekarang mendirikan sebuah sekolah yang bernama Salam ( Semesta Alam Madani) terletak di Kota Serang. Penulis kebetulan satu kamar dengan beliau pada saat kegiatan Kopdar KBMN PB PGRI ke 2 kemarin. Penulis mengamati beliau tidak menyia-yiakan waktu kosong sedikit pun, disamping menjadi editor di salah satu website baik itu Klik Pendidikan maupun Melintas.Id. Beliau langsung menuliskan tulisannya di word disertai judul yang sangat membuat pembaca penasaran. 

        Dari ketiga tokoh penulis ini menegasi bahwa waktu sibuk membuat kita tidak dapat menulis. Penulis pun mencoba aplikasi terbaru dari Instagram yakni Threads. Aplikasi yang hampir mirip dengan Twitter. Threads adalah aplikasi media sosial berbasis text dimana pengguna bisa membagikan unggahan dalam bentuk text, kalimat, dan tulisan. Berikut hasil tulisan perdana pada aplikasi Threads penulis.

        Pertama kali naik kereta ke bandara menuju YIA (Yogyakarta Internasional Airport). Sambil membaca buku cerpen berjudul "Penari" karangan DN Sarjana. DN Sarjana adalah seorang guru dari Bali yang penulis temui ketika Kopdar Penulus PB PGRI se-Nusantara.

        " Rico... berucap cinta, sayang itu mudah. Tapi menjaga cinta itu biar seiring selamanya yang susah. Maaf nanti kita bicara lagi. Ini sudah sore. Kita persiapan tentamen besok" Halaman 16 pada cerpen ini.

         Tepatnya 04.50 WIB kereta mulai meninggalkan landasan stasiun pasar kembang yang dekat sekali dengan Malioboro. Memang benar apa yang tertulis disudut terdalam Malioboro bahwa Jogja tercipta dari rindu, pulang, dan angkringan. Sampai berjumpa lagi Yogyakarta.

            Setelah beberapa waktu sedang scroll handphone terdapat kabar bahwa Mbah Cak Nun masuk rumah sakit di salahsatu rumah sakit di Yogyakarta. Semoga beliau disembuhkan oleh Allah SWT. aamiin. Beliau adalah salah satu intelektual hebat yang berasal dari Indonesia.

            "Sampai jumpa Niken. Kembang api terakhir yang kita nyalakan, semoga menjadi bara cinta nanti" 

Halaman 26

" Mencintai seseorang sangatlah bahagia bila dia mencintaiku pula" 

Halaman 35

"Aku berusaha meyakinkan Anggi. Kesetiaan pada titik akhir bukan kita yang menentukan. Sama halnya jalan cinta. Dia hanya sandiwara. Kita bisa bermain peran sebaik-baiknya. Tapi kan masih ada Tuhan yang memberi keputusan"

Halaman 37

" Anggi , aku sangat mencintaimu. Kalau boleh kukatakan, semesta merestui kita. Tapi ingat, Tuhan pemberi jalan terakhir"

Halaman 38 

"Sin, maafkan aku ya. Lama menyembunyikan catatanmu seperti lamanya aku menyembunyikan perasaan cinta kepadamu. Aku memberanikan diri mengungkapkan kata cinta karena jauh lebih menyesakkan bila aku pendam. Terimakasih. Dari aku Rama "

Halaman 41

        Setelah asyik membaca lembar demi lembar cerpen ini tidak terasa jam 05.30 WIB kereta sudah bersandar di bandara YIA. Bandara ini terletak di daerah Kulon Progo. Pagi ini sangat antri sekali untuk melakukan check in. Mungkin karena efek liburan panjang. 

            Tetapi ada fenomena kurang indah terjadi dihadapan penulis. Budaya "nyerobot" seakan menjadi tradi. Kasihan saja yang sudah lama mengantri. Seharusnya jika mau jalan cepat, gunakan saja jasa porter bandara walaupun pasti berbayar, tapi ada jalan khususnya sehingga tidak melakukan budaya tersebut. Entah kapan budaya ini akan hilang.

            Penulis pun akhirnya berhasil check in lalu masuk kedalam. Mampir sebentar untuk makan pagi di Kepala Jenggot untuk menyantap nasi goreng, nugget, dan dua es teh. Sembari menunggu makanan tersebut penulis membuka laptop dan mengisi waktu dengan menulis. 

Komentar

  1. Bagus tulisannya Mas Edmu.........aku belum puas kemaren dengan dirimu ...anak.muda yg penuh talenta. See u next time

    BalasHapus

Posting Komentar