"Tinggi rendahnya keberadaban suatu bangsa bisa dilihat dari caranya menghormati dan memajukan dunia pendidikan"
(Yudi Latif dalam buku Pendidikan yang Berkebudayaan hlm 26)
Penulis sungguh kaget ketika iseng malam ini, karena belum mengantuk melihat jumlah tulisan di blog periode bulan Februari awal hingga bulan Juni 2023 sebanyak 110 tulisan. Angka yang sangat banyak bagi seorang penulis pemula yang sebelumnya tidak terpikirkan bahwa apapun bisa ditulis. Karena sebelum mengenal KBMN)Kelas Belajar Menulis Nusantara) gelombang 28 penulis tidak pernah menulis di blog, namun hanya menulis di media sosial ketika ada foto ingin diposting, itu pun tidak sampai 100 karakter tulisan.
Akibat virus dari KBMN lah membuat penulis mulai aktif membaca buku secara rutin. Seperti yang ditularkan oleh OmJay, penulis berkualitas adalah lahap dalam membaca. Walaupun penulis beberapa hari yang lalu mendengar di Youtube mengenai pendidikan dari Bapak Indra Charismiadji mengatakan bahwa Indonesia darurat membaca. Adapun maknanya adalah bukan berarti buta huruf secara abjad tetapi buta huruf secara fungsi, bisa membaca tetapi tidak bisa memahami isi dari bacaan.
Penulis sendiri masih belum tahu membaca efektif itu seperti apa. Beberapa hari yang lalu penulis berkunjung ke toko buku Gramedia untuk mencari buku bertemakan mengenai cara membaca efektif dan efisien. Tetapi setelah berkeliling ternyata buku tersebut belum ada penulis temui. Semoga kedepannya ada yang menulis mengenai tema itu, sepele tetapi berdampak luar biasa bagi kualitas literasi kita.
Bulan Juli yang akan datang bertepat tanggal 2 Juli hingga 5 Juli 2023 diadakan temu penulis Se-Nusantara peserta dari KBMN semua gelombang dari gelombang 1 hingga 28 di Yogyakarta. Penulis tadi siang mendaftar di link yang telah disediakan dan insyaAllah berhadir pada acara tersebut. Penulis diberi kepercayaan oleh tim panitia untuk mengumpulkan foto diri beserta buku solo peserta KBMN gelombang 28 yang telah lulus dari pelatihan tersebut. Semoga tidak ada halangan untuk perjalanan kesana dan semuanya selamat sampai tujuan hingga acara selesai dengan lancarnya.
Penulis takjub dengan rombongan dari Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat yang banyak mendatangkan peserta ke acara tersebut. Penulis lihat hampir seluruhnya adalah kepala sekolah. Sungguh semangat inilah yang perlu kita contoh betapa kepala sekolah pun ikut andil dalam memajukan literasi di daerahnya. Semoga semangat membangun budaya literasi mereka bisa terpatri didaerah penulis juga yang bukan hanya formalitas tetapi mengarah kepada subtansi, yang bukan hanya slogan tetapi tindakan.
Maka seperti yang dinyatakan oleh Robert K Merton (1942) temuan-temuan dalam menjamin efisiensi dan pertumbuhan ilmu diantaranya adalah (1) semangat berbagi informasi ; (2) menempatkan kebenaran di atas kepentingan perseorangan ; (3) menyerahkan keputusan mengenai validitas sesuatu pada pengujian empiris dan teoretis, tanpa menghiraukan status dan reputasi dari sumber pengetahuan ; (4) terbuka bagi berbagai karakteristik personal dan sosial. Hal ini penulis ambil dari buku Pendidikan yang Berkebudayaan karya Yudi Latif halaman 20.
Menurut Mas Soewardi Soerjaningrat ( Ki Hajar Dewantara) dibuku yang sama halaman 27 dikatakan kunci keberhasilan pendidikan bukanlah fasilitas dan formalitas, melainkan tekad, kecintaan pengembalaan, dan karakter kepemimpinan : " Di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan". Hal ini jika dikaitkan dengan pengalaman penulis di KBMN, para mentor memberikan contoh dengan banyak menghasilkan karya dengan menulis seirama dengan slogan yang dikumandangkannya yakni "menulis itu mudah, menulislah setiap hari lihat keajaiban akan menghampirmu". Ketika di tengah perjalanan penulis pemula mulai menulis banyak bentuk dukungan yang diberikan oleh para mentor salah satunya dengan selalu memberi semangat dan memberi tips menulis agar tidak kalah dengan rasa pesimis dan malas. Ketika dibelakang memberi dorongan, para mentor selalu memberikan dorongan berupa fasilitas seperti bersama-sama membuat buku antologi dengan beragam tema yang itu mendorong peserta agar percaya diri dengan tulisannya dan lain-lain.
Penulis sendiri setelah mengkuratori buku antologi Pesona Cinta untuk Sang Bujang ini mencoba lagi untuk membuat hal yang serupa dengan tema yang berbeda. Tema yang diangkat adalah mengenai perjuangan ketika pertama kali berprofesi sebagai guru. Alhamdulilah sudah 25 peserta yang bergabung dan rata-rata juga masih pemula, tetapi yang kita gelorakan adalah tekad untuk menumbuhkan literasi dilingkungan sekitar kita. Dan malam ini sudah ada yang gerak cepat atas nama Bapak Malikul Rahman dari Palangkara Provinsi Kalimantan Tengah sudah mengirimkan naskahnya, luar biasa. Beliau pun berkata diantara percakapan " Pengalaman sendiri ternyata lebih mudah untuk ditulis ya..." Lalu penulis menimpali " Benar pak..semakin dekat dengan diri kita, semakin banyak bahan untuk ditulis maka semakin lancar menulis" Oleh karena itu benar ucapan OmJay bahwa tulislah mengenai kehidupan sehari-hari berupa aktivitas atau pengalaman kita maka tidak akan habis bahan tulisan tersebut.
Mantab..... saya masih bisa ikut antologinya?
BalasHapusSemangat yang luar biasa, Pak.
BalasHapus