Strategi Menguatkan Self Control sebagai Pendidik Profesional

 

        Alhamdulilah hari ini merupakan hari yang melelahkan karena dari pagi tadi melakukan pertemuan persiapan pentas Pendidikan Agama Islam tingkat Kabupaten Tapin dengan Kemenag Kabupaten Tapin  dan setelah itu mengurusi sedikit dari rangkaian PPDB serta berdialog mengenai sapras bersama Kepala Sekolah. 

        Penulis baru sempat membuka laman pelatihan lanjutan dari Guru Mengajar pada selepas Isya. Masih bersama narasumber Bapak Adi Waluyo mengenai materi strategi menguatkan self control sebagai pendidik profesional.

        Beliau memulai dengan mengatakan bahwa pengetahuan itu berbeda dengan kesadaran. Kesadaran satu tingkat diatas pengetahuan. Jika kita sadar berarti seutuhnya menyadari mengenai perasaan kita untuk menuju kesadaran mengenai perasaan ,kita perlu mengamati tanda-tanda tersebut.

        Mengelola emosi jadi keliru bila kita salah mengenali perasaan saat ini contohnya jika dirasakan sekilas terlihat marah, padahal perasaan sebenarnya adalah iri atau cemas tapi sebenarnya rendah diri. Karena nanti ketika kita salah mengenali maka responnya pun akan keliru.

        Lalu berikutnya adalah kita mencoba untuk mengubur perasaan itu seperti jika marah dipendam saja, jika sedih dipendam saja, dan lain-lain. Dan mengelola emosi menjadi keliru ketika kita mengabaikannya ketika emosi muncul.

    


         Kontrol diri menurut Uziel dan Baumeister adalah kecakapan individu untuk menunda, mengubah, ataupun menolak respon-respon pikiran, emosi, dan tindakan.

    

                Rumus kontrol diri ini terlalu mudah tetapi pada faktanya dilapangan tidak sesederhana yang dilihat karena kadang-kadang ketika kita marah, respon otomatis kita ikutan marah atau langsung teriak atau langsung membanting meja, karena respon tersebut itu sudah menjadi kebiasaan. 

                 Memunculkan kesadaran ini yang agak sulit dalam kondisi saat kita terbawa emosi. Tidak mudahnya ini juga karena ini terkait instropeksi dan yang bisa menyembuhkan adalah dirinya sendiri.

 Trigger

        Trigger emosional adalah istilah untuk menjelaskan segala hal yang memicu kita untuk memberikan respon secara emosional terhadap suatu hal. Kita bisa membuat list terkait perasaan apa yang sejauh ini merasa sulit untuk dikendalikan sebagai pendidik. Kemudian renungkan dan tuliskan secara kongkrit, pemicunya apa saja, sebanyak mungkin yang dialami.
  
                Emosi terjadi karena sebuah intensitasnya. Terdapat 3 zona dalam hal ini diantaranya :
1. Terlalu Intens = Saat memasuki zona ini emosi menguasai kita, Akibatnya kita menjadi cenderung  impulsif (kurang memikirkan dampak yang terjadi)  , reaktif, tidak bisa berpikir jernih, dan tak terkontrol.

2. Zona Aman    = Zona ini, kita bisa menerima dan menyesuaikan emosi. Sehingga kita terhubung dengan perasaan ini , namun tidak dikuasai olehnya. Kita bisa berpikir jernih tentang emosi yang sedang dialami dan merespon dengan tepat.

3. Kurang Intens = Pada zona ini, kita kurang terkoneksi dengan emosi. Akibatnya , kita tidak menyadari dan merespon emosi saat ini, cenderung merasa kosong , biasa saja atau flat saja, dan merasa tidak terhubung.

                Maka dalam mengkontrol diri kita baik pada intensitas nomor 3 maupun nomor 1 maka bawalah ke semua permasalahan ke intensitas nomor 2 untuk dapat mengkontrol diri dengan baik. Langkah-langkah mengkontrol diri adalah
1. Kenali dan Sadari
    Kenali dan jangan abaikan perasaan. Ambil jeda dan mengakui perasaan. Misal," oh...aku sedang marah/senang/gelisah dan lain-lain. Lalu sadari saat itu juga seberapa intens emosi kita, apakah dalam zona nyaman ,terlalu intens, atau justru kurang intens ?

2. Bawa Diri ke Zona Nyaman
    

            Beberapa kegiatan diatas ini dapat menjadi alternatif untuk membawa emosi kita kepada intensitas zona nyaman. Ini adalah hal yang simple tetapi terkadang kita tidak melakukannya.

3. Latih Respon Baru yang Lebih Adaptif
    Pada tahap ini seharusnya kita dapat memahami apakah reaksi otomatis kita adaptif. Sebagai contoh otomatis yang tidak adaptif itu adalah ketika ada orang marah, kita membalas dengan marah juga. Jika kita memang dirasa reaksi otomatis ini tidak adaptif, , kurang membantu, dan tidak sehat, kita bisa merencanakan untuk melatih diri menggunakan cara-cara baru. Pastinya tidak akan langsung berhasil, ingat progress dan perubahan butuh waktu dan usaha yang konsisten.


        Berikut adalah salah satu cara melatih respon emosi yang adaptif. Jika kita bingung mengenali pemicu emosi saat ini maka bisa melihat ke masa lalu. Atau bisa diisi mulai dari bagian emosi dulu.




4. Praktikkan Berulang hingga Menjadi Pola

    Self Control bekerja bagaikan otot maka jika kurang dilatih , maka akan lemah. Bila dilatih , maka akan kuat. Terlalu keras dilatih maka akan kelelahan. Self Control membutuhan asupan nutrisi (Apresiasi diri) dan juga istirahat. Oleh karena itu pembiasaan dan pengulangan menjadi hal yang utama dalam Self Control.

Komentar