Prioritas Sang Guru

 


"Seringkali apa yang disebut dengan kebenaran adalah pembenaran"

(Saifur Rohman)

        Tidak punya waktu...

        Sibuk mengajar....

        Urusan dirumah banyak....

        Sudah tua....

        Tidak memiliki ide...

        Mengalami kemandegan...

        Malas.....

        Tidak ada untungnya....

         Beberapa pernyataan diatas sering penulis dengar ketika sedang berinteraksi di sekolahan maupun diluar dimasyarakat. Penulis meyakini sementara ini bahwa sibuk itu bermakna ketika kita memilih memprioritaskan sesuatu diantara lainnya. Setiap manusia pasti memiliki pilihan prioritasnya masing-masing. Entah itu keluarga, hobi, pasangan, dan lain-lain. Untuk itu jika ingin mengetahui prioritas seseorang,bisa bertanya kepada dirinya masing-masing ,apa yang diperjuangkan dalam hidupnya?

        Prioritas mempengaruhi reaksi tenaga dan pikiran kita terhadap sesuatu. Tentu sebelum beranjak kepada prioritas maka ada yang disebut dengan tujuan. Penulis alhamdulilah hari ini mengkhatamkan buku berjudul Menjadi Pelajar Islam Abad 21 karya dari Mahestha Rastha Andara,S.Pd di halaman 270 dikatakan bahwa orang yang punya tujuan, pasti akan punya target-target yang ingin dicapai. Kalau tidak punya tujuan, pasti tidak akan punya target. Kalau tidak punya target, hidup kita tidak akan punya arah yang jelas. Dikuatkan lagi di buku Start with Why karangan Simon Sinek yang mengatakan bahwa ketika mengapa kita jelas maka nilai-nilai inspirasi akan bertahan lama. Pada halaman 55 dijelaskan mengapa adalah tujuan, kepercayaan, atau isu yang kita perjuangkan.

        Penulis pun mencoba meng-asosiasikan dengan pengalaman penulis. Penulis baru mengabdi sampai saat ini sudah hampir 4 tahun. Banyak hal yang penulis pelajari di kampus dulu ketika S-1 berbanding terbalik dengan fakta dilapangan. Ternyata di lapangan memiliki beragam kompleksitas permasalahan yang menuntut seorang guru agar terus belajar. Masalah bisa berupa skill menyelesaikan masalah murid, komunikasi antar rekan sejawat, mengelola kelas, komunikasi kepada murid, dan lain-lain. Oleh karena itu "mengapa"nya penulis ketika menjadi guru baru muncul ketika tahun 2021 saat pandemi dimana saat itu penulis menyadari bahwa pendidikan memiliki pengaruh yang sangat luarbiasa bagi kehidupan seseorang. Pendidikan mempengaruhi sikap,dan pola pikir seseorang dalam menghadapi masalah tertentu yang pada saat itu pandemi. Walaupun kita tahu menurut Ki Hajar Dewantara sentral pendidikan itu ada 3 yakni rumah, sekolah, dan lingkungan masyarakat. 

        Mengapa penulis jadi guru ? ini yang menjadi tanda tanya besar dalam pikiran penulis. Akhirnya penulis menemukan jawabannya untuk bisa berkontribusi dalam memajukan masyarakat melalui ruang kelas. Penulis menyadari saat itu masih banyak kekurangan dalam hal mengelola pembelajaran yang bermakna. Akhirnya penulis memutuskan untuk kuliah S-2 di UIN Antasari Banjarmasin tahun 2021 yang pada saat itu penulis masih golongan 3 a. Didalam Peraturan Gubernur Kalimantan Selatan nomor 036 tahun 2016 tidak diperbolehkan untuk mengurus izin belajar. Diperbolehkan jikalau sudah golongan 3 b untuk melanjutkan studi. Tetapi penulis tidak hiraukan itu karena jika menunggu naik pangkat maka penulis tidak akan berkembang. Penulis berpikiran bahwa kampus adalah tempat segudang solusi untuk permasalahan, karena bebasnya ruang diskusi tanpa harus takut dipersekusi. Tetapi penulis harap aturan peraturan gubernur tersebut dikaji ulang karena sekarang kita mulai banyak menghadapi masalah pembelajaran, jika ruang tersebut ditutup untuk anak muda untuk meningkatkan kompetensinya, dan menambah wawasan maka kualitas pendidikan di daerah akan jauh tertinggal ditengah cepatnya perubahan situasi sosial saat ini.

    Oleh karena itu berangkat dari ingin bisa berkontribusi didalam ruang kelas itu , penulis akhirnya memiliki target yang akan dicapai. Sembari berkuliah penulis tetap mengajar disekolahan. Tetapi pada saat itu penulis menargetkan agar tahun 2022 karena masih pandemi,dan tidak maksimal dalam pembelajaran, penulis pun fokus dalam tahun 2022 belajar mengenai teknologi pembelajaran. Dengan mengikuti program pemerintah dari Kemdikbudristek yang bernama "PEMBATIK". Penulis ikuti program tersebut tahapan demi tahapan untuk menciptakan lingkungan kelas yang aktif walau pandemi. Walaupun ilmu yang penulis dapatkan sedikit tetapi penulis coba untuk menerapkan hal tersebut dikelas. Bisa dilihat sendiri akun channel youtube edmusyukur channel pada tahun 2022 bentuk penerapan ilmu dari program PEMBATIK itu.

        Pada tahun 2023 penulis pun membuat target yang minim tetapi konsisten yakni melatih literasi. Alhamdulilah PB PGRI memfasilitasi hal tersebut dengan membuat program "KBMN" Kelas Belajar Menulis Nusantara gelombang 28. Disana dipertemukan dengan mentor yang luarbiasa dalam membimbing dan teman-teman yang semangat. Alhamdulilah berkat program ini, penulis menelurkan buku solo sebanyak 2 buah buku dan 3 buah buku antologi. Dengan ilmu yang  dipahami di KBMN, penulis mencoba menularkan juga kepada peserta didik. Alhamdulilah kelas yang penulis ampu juga menelurkan buku antologi yang berjudul "Start With Kontrol Diri" . Dan dalam proses penerbitan, walaupun harus banyak yang di edit karena gaya penulisannya yang masih sangat polos. 

         Maka untuk menjawab pernyataan yang diatas tadi mengenai kegelisahan sebagian guru dalam meningkatkan kompetensi dirinya adalah dengan memulainya. Hilangkan mindset yang cenderung pesimis atau bahkan pembenaran terhadap situasi. Penulis sendiri adalah seorang yang tidak pintar dalam hal teori-teori tetapi penulis berusaha untuk selalu meningkatkan mutu diri karena profesi guru adalah sumber inspirasi bagi muridnya. Mau tidak mau dia harus berani memulai dengan segala resikonya. Hanya dengan memulai dan melakukan aksi maka seluruh sekat-sekat pernyataan diatas tadi akan hilang dengan sendirinya bahkan akan muncul berbagai kemudahan yang Allah berikan. Sebagaimana dijelaskan didalam Q.S Ar-Rad ayat 11 bahwa sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.

        Tidak ada kata terlambat untuk meningkatkan kompetensi diri. Dengan meluangkan 30 menit untuk peningkatan diri per hari itu sudah lebih dari cukup. Ditambah konsisten atau istiqomah. Betapa banyak gosipan dan gibahan yang sebenarnya tidak penting dan tidak perlu dilakukan jika kita alokasikan kepada peningkatan kompetensi kita maka waktu tersebut akan sangat banyak, tinggal kita memanagemen waktu tersebut dengan sebaik-baiknya. Karena penulis pernah mendengar ceramah bahwa waktu bagaikan pedang, jika kita tidak digunakan untuk menebas, maka ia akan menebas kita. Maka manfaatkan waktu yang ada untuk membuat karya , menciptakan inspirasi, agar ekosistem akademis disekolah berjalan ideal dengan semestinya. 

            Bisa dibayangkan jika para pendiri bangsa pada waktu itu memegang teguh pernyataan yang diatas maka sangat mustahil pada hari ini Bapak Soekarno membacakan pidato yang akhirnya menjadi awal lahirnya Pancasila berisi 5 dasar untuk menjadi dasar negara Indonesia. Selamat merayakan Hari lahir Pancasila, semoga Pancasila bisa menjadi nafas dan gerak kita dalam kehidupan sehari-hari. Yuk mari kita ciptatakan ekosistem pendidikan yang berperadaban dengan langkah kecil kita salahsatunya yakni dengan menulis.



        

Komentar