Mengenal Pentingnya Managemen Emosi untuk Pendidik Profesional

 




        Hari ini adalah perdana untuk pelatihan pentingnya maganemen emosi untuk pendidik profesional. Melalui semacam LMS materi dibagikan. Pelatihan ini berlangsung dari 13 Juni hingga 17 Juni 2023.  Penulis harap kedepannya sekolah dapat membuat hal seperti ini juga untuk peningkatan mutu kualitas pembelajaran disekolahan. 

        Narasumber kali ini adalah Bapak Adi Waluyo selaku Konselor Psikologi yang berasal dari Dinas Pendidikan Kota Semarang di Unit Layanan Psikososial. Pertemuan dilakukan secara fleksibel melalui youtube di laman Guru Mengajar. 

        Kepribadian adalah pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian seseorang terhadap lingkungannya, definisi ini mengisyaratkan perilaku yang konsisten yang dilakukan oleh individu dalam berbagai situasi. Bahkan didalam kompetensi seorang guru itu ada diantaranya adalah kompetensi kepribadian. 

        Didalam PP Nomor 19 Tahun 2005 dijelaskan bahwa kompetensi kepribadian seorang guru adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,dan berakhlak mulia. 

        Namun pendidik adalah seorang manusia, tentu sebagai manusia pasti diperhadapkan dengan masalah dalam keseharian. Lalu, bagaimana guru mengelola perasaannya ?

    


        Memang apabila diamati, riset -riset di Indonesia sangat jarang membahas mengenai dinamika psikologi guru secara umum. Padahal ada riset yang disampaikan oleh narasumber dari Amerika tahun 2021 bahwa profesi yang paling rentan menghadapi stres adalah profesi guru. 
           

        Sebagaimana yang kita lihat diatas ini menandakan bahwa betapa pentingnya seorang guru untuk memiliki keterampilan mengelola emosional. Fenomena di dunia pendidikan kita masih sangat rentan menghadapi permalahan seperti hal ini.

            Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu sebagai respon terhadap suatu kejadian. Jadi emosi itu bukan hanya mengenai marah, tetapi lebih luas daripada itu. Ekman mengatakan bahwa emosi tidak pernah salah tetapi perilaku yang menjadi ekpresi suatu perasaan yang bisa salah. 

                Emosi tidak dapat dikotakkan menjadi baik/buruk atau negatif/ positif. Seluruh perasaan itu bisa membawa manfaat/berperan penting dalam kehidupan , meskipun ada yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. 

                Sebagai contoh, kita boleh marah terhadap peserta didik, tetapi respon marah kita dengan membentak , mendiskriminasi itu tidak diperbolehkan. Cara kita mengelola emosi dipengaruhi oleh tempramen ( bawaan/karakteristik individu  dan dapat juga dengan faktor belajar ( kebiasaan, stimulasi, pengaruh orang lain, pemaksanaan, dsb)
 
                Emosi menyenangkan terdiri dari senang, gembira, bangga, merasa optimis, penuh harapan, percaya diri, cinta, dan lain-lain. Sedangkan emosi yang tidak menyenangkan terdiri dari sedih, marah, takut, gelisah, khawatir, muak,bosan, dan lain-lain. Tetapi emosi ini baik itu menyenangkan dan tidak menyenangkan jika dapat dikelola dengan baik maka dapat menghasilkan apa yang diharapkan oleh PP Nomor 19 Tahun 2005. 
    
            Seperti ketika mendapatkan kegagalan dan kita sedih, bukan emosinya yang salah, tetapi kesedihan itu membawa pesan, bahwa ia harus bertumbuh dengan memperbaiki apa yang membuat kegagalan, akhirnya emosi yang tidak menyenangkan tersebut menjadi anugerah.
        
                Diantara penyebab stres pada guru biasanya adalah ;
1. Memiliki dukungan sosial yang buruk dari keluarga.
2. Memiliki beban pekerjaan tinggi.
3. Memiliki peralatan kerja yang buruk.
4. Jam kerja yang kurang sesuai.
5. Atasan dan rekan yang kurang mendukung.
6. Konflik antara tugas dirumah dan disekolah.

        Intinya adalah menjadi guru itu tidak mudah . Maka memiliki keterampilan mengelola emosi harus dimiliki oleh seorang guru agar dapat menghadapi kompleksitas permasalahan pendidikan di sekolah.         
 

        

Komentar

Posting Komentar