Liburan dan Literasi adalah Kebutuhan

 

            Dua hari ini penulis tidak menulis di blog karena sedang liburan ke pantai Asmara Kabupaten Tanah Laut. Di sela-sela liburan tersebut penulis menyempatkan mengikuti kegiatan lain pada malam minggu disaat bakar jagung di pantai, penulis mengisi testimoni pada Opening KBMN (Kelas Belajar Menulis Nusantara) gelombang 29. Inti dari testimoninya adalah tetap istiqomah mengikuti arahan dari para mentor pada pelatihan ini , insyaAllah akan membuahkan hasil yang maksimal dengan melahirkan buku solo karya sendiri. 

                Penulis sendiri sebelum mengenal KBMN ini belum pernah menulis setiap hari sehingga sementara ini dapat menelurkan 2 buku solo berjudul Pengabdian Literasi Sang Guru  dan Menggapai Cahaya Ramadhan dengan Tadarus Pendidikan . InsyaAllah akan launcing buku solo ketiga berjudul  "Guru Pembelajar Sepanjang Hayat". Mohon doa dan dukungannya selalu. 

                Tentu menjadi seorang penulis harus lahap menjadi pembaca. Penulis pun ketika sedang liburan selalu membawa buku untuk mengimbangi intensitas penggunaan ponsel. Alhamdulilah dalam perjalanan liburan kemarin hingga hari ini penulis mengkhatamkan buku yang sangat luar biasa sebagai asupan guru berjudul " Pendidikan yang Berkebudayaan Histori , Konsepsi, dan Aktualisasi Pendidikan Transformatif.


            Buku ini pengarangnya adalah Bapak Yudi Latif, M.A., Ph.D. Pada Juni 2017, ia diangkat oleh Presiden Republik Indonesia menjadi Kepala Unit Kerja Presiden-Pembinaan Ideologi Pancasila. Sejak 2018, beliau menjadi dosen tamu di Universitas Negeri Yogyakarta dan dewan pakar di sejumlah organisasi kemasyarakatan.

               Diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta pada tahun 2020. Buku ini berjumlah 424 halaman dengan memiliki 7 sub-bab yang sangat menarik untuk dikaji oleh pendidik. Penulis paling menyukai argumentasi buku ini yang mengatakan bahwa dalam menciptakan sebuah pendidikan yang ideal maka antara pemegang kebijakan dibidang pendidikan, politik, dan ekonomi harus bersinergi. Tentu untuk mewujudkan sinergi tersebut salahsatu kuncinya adalah literasi. Jadi mari kita semua menyebarkan virus budaya membaca ini.

            Terkait literasi setiap tahunnya Indonesia hanya mampu menerbitkan sekitar 20.000 judul buku. Setiap buku rata-rata dicetak sekitar 3000 eksemplar. Rata-rata komsumsi buku cuma satu buku untuk 80.000 penduduk. Efek yang dirasakan dari hal ini adalah kita kurang percaya diri dengan negara lain yang mengakibatkan potensi akan dijajah akan besar.

            Didalam buku ini pada bab terakhir dijelaskan beberapa alternatif solusi untuk pendidikan salahsatunya adalah mengenai pembenahan sekolah dasar dan guru. Pendidikan dasar bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi manusia pembelajar dan warga negara yang baik. Sebelum memasuku Sekolah Dasar (SD), pendidikan usia dini menjadi wahana pembentukan karakter personal dengan belajar mengenali dirinya dan lingkungannya, rasa ingin tahu serta sehat jasmani-rohani dengan melatih berfungsinya pancaindra. Pada tahap ini, harus dihindari pemaksaan dini aneka jenis hapalan dan kemampuan literasi-numerik.

                Pendidikan SD harus menghindari beban kurikulum yang berlebihan. salah satu yang menjadi fokusnya adalah budaya membaca, oleh karena itu paling tidak satu hari dalam seminggu, harus disediakan wahana bagi anak-anak untuk membaca atas pilihannya sendiri. Sekolah hanya menyediakan bahan bacaan yang sejalan dengan misi pendidikan budi pekerti. Setelah membaca, anak-anak juga harus dilatih untuk menuturkan apa yang mereka tangkap dari bahan bacaan agar melatih kepercayaan diri, serta pembiasaan saling mendengar dengan apresiasi sesama peserta didik.

             Pada pendidikan SMP, berbagai mata pelajaran menurut rumpun ilmu bisa mulai diperkenalkan, namun fungsinya sebatas mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi pelajaran sesungguhnya di tingkat SMA. Kita tidak perlu melakukan spesialisasi terlalu dini. Biarkan anak mengenai berbagai ilmu, agar memiliki wawasan multidisiplin seraya lebih menyadari bidang keilmuan apa yang sesuai dengan minatnya.

             Pada tingkat SMA, mata pelajaran wajib dibuat ringkas, untuk memberi lebih banyak ruang besar bagi pelajaran pilihan, siswa juga bisa diperkenalkan dengan experiential learning dan kecakapan hidup, baik melalui kerja kelompok minat bakat, maupun lewat permagangan. Di Inggris dianjurkan agar lulusan SMA jeda sejenak, tidak langsung melanjutkan ke perguruan tinggi, agar memperoleh pengalaman kerja.    

                Sangat rugi jika para pendidik tidak memiliki buku progresif seperti ini. Maka jangan sampai kita tidak mempunyai buku ini, penulis mendapatkan buku ini di Gramedia. Yuk kita tingkatkan budaya membaca dan menulis. Sebagaimana hati membutuhkan untuk liburan, perut butuh makanan, begitu juga pikiran yang membutuhkan literasi.  


Komentar

Posting Komentar