Berpikir Kritis adalah Kriminal ?


"Aset terbesar manusia adalah pikiran"

        Penulis mengkhatamkan lagi sebuah buku yang luarbiasa untuk menjadi asupan guru ataupun pemangku kebijakan. Disetiap masanya, guru menjadi pelopor dalam perubahan baik skala lokal maupun internasional. Jika didalam dunia Islam kita tentu mengenal pada abad awal 19 Jamaluddin Al Afgani yang memperjuangkan nilai-nilai Islam di Paris lalu diikuti oleh muridnya yakni Muhammad Abduh berkebangsaan Mesir yang bersama-sama membangun sebuah majalah bernama al-Urwatul Wustqa

         Lalu di Indonesia kita tentu mengenal KH Ahmad Dahlan dengan majalah Suara Muhammadiyah tahun 1915 dan KH Hasyim Asyarie mendapuk KH Wahab Chasbullah sebagai direktur dengan majalah Swara Nahddtaloel Oelama tahun 1927. Mereka semua berjuang melalui menulis dan kita mengetahui bahwa tulisan mampu membawa perubahan.

        Tentu dalam menulis kita harus memiliki cara berpikir kritis. Penulis menyarankan bagi pembaca untuk memiliki sebuah buku ini berjudul Berpikir Kritis Kaidah Penerang untuk Hidup Benar dan Selamat Menghadapi Banjir Informasi dan Hoaks karya Dr. Saifur Rohman, M.Hum. Dr. Saifur Rohman merupakan pengajar tetap bidang filsafat pada Program Doktor Ilmu Pendidikan di Universitas Negeri Jakarta, Program Doktor Universitas Tanjungpura Pontianak, Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Unika Semarang.

        Buku ini diterbitkan oleh PT Pustaka Alvabet Ciputat Tangerang Selatan pada tahun 2021. Buku ini berjumlah 272 halaman dengan dilengkapi 3 bagian dengan jumlah 14 sub bab. Penulis menyukai langkah-langkah dalam berpikir kritis didalam buku ini diantaranya adalah memahami, meragukan, menguji, menemukan, dan membangun argumentasi. 
 
      Berpikir kritis tentu diperlukan dalam kehidupan sekarang ini yang mana tsunami informasi melanda kita semua. Informasi berguna maupun tidak berguna menjadi satu yang terkadang membuat kita bingung untuk mempercayai yang mana. Tetapi didalam buku ini dijelaskan cara menilai sebuah argumentasi itu salah atau benar.

        Diantara cara melatih berpikir kritis didalam buku ini diantaranya dapat memposisikan diri sebagai pengamat, berdialog dengan diri, dan mengubah posisi melihat sudut pandang. Dikupas tuntas dan jelas mengenai hal tersebut oleh penulisnya.

       Salahsatu yang penulis sukai dalam buku ini adalah setiap sub bab yang dibahas ada praktik ssoal untuk membantu kita lebih memahami konsep yang telah dipaparkan. Sangat seru jika kita mempunyai suatu komunitas untuk berdiskusi mengenai soal yang diberikan.

        Oleh karena itu buku ini bisa menjadi cemilan guru dan pemangku kebijakan untuk bisa selalu speak up mengenai isu-isu pendidikan yang sedang berlangsung. Tanpa berpikir kritis maka kita tidak akan bisa melihat bahwa praksis suatu kebijakan pendidikan tersebut masih didalam jalur tujuan atau tidak. Berpikir kritis membuat kita peka terhadap situasi dan tidak hanya membeo tanpa tahu maksud dan tujuan hal yang diperjuangkan.

           Tetapi yang sangat disayangkan di zaman sekarang ketika masyarakat mulai berpikir kritis tetapi malah dipolisikan. Lebih miris lagi yang melaporkan adalah sebuah institusi pemerintah daerah di daerah Jambi melaporkan seorang anak SMP yang memperjuangkan hak neneknya. Inilah yang harus kita perhatikan dengan saksama, disekolahan dalam lingkup pembelajaran kita melatih peserta didik untuk berpikir kritis, tetapi ketika keluar gerbang sekolahan terjadi kontradiksi bahwa seakan-akan lisan dan pikiran dibungkam secara sistematis dengan mempolisikan setiap kritikan membangun.

        Mari kita bersama-sama terutama guru dan pemangku kebijakan untuk berusaha menghilangkan kontradiksi ini agar kita dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang berkualitas. Bukan hanya jargon tetapi sebuah gerakan tindakan. Yuk kita miliki jiwa pembelajar sepanjang hayat.

        

        

        

Komentar