Pendidikan Berbasis Gembira

 

      Alhamdulilah hari ini kegiatan MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) SMA se-Kalimantan Selatan tahun 2023 di SMA Negeri 1 Rantau berjalan dengan lancar. Kabupaten Tapin menjadi tuan rumah pada perhelatan tersebut. Seluruh jajaran dari Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Selatan termasuk Kepala Dinas Bapak Muhammadun, AKS, M.I. Kom menghadiri acara tersebut. 

            Bapak Kepala Dinas menyampaikan bahwa seperti perkataan Bapak Gubernur, Paman Birin bahwa guru harus mengajar dengan gembira, murid belajar gembira. Ditambah lagi dengan perkataan Mas Menteri bahwa sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan. Bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang gembira ? Untuk menjawab hal tersebut, penulis pernah membaca sebuah buku berjudul Filosofi Teras yang mengatakan bahwa kita tidak bisa mengontrol perasaan, pikiran orang lain kepada kita, tetapi yang dapat kita lakukan adalah mengontrol perasaan dan pikiran kita kepada orang lain. Jadi langkah pertama adalah merubah mindset bahwa ketika diri kita bergembira maka sekeliling kita akan terkena dampaknya tersebut.

            Dalam psikologi menurut Marslow, kebutuhan manusia untuk menjadi bahagia atau gembira itu ada 5 tingkat yakni kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman, kebutuhan rasa memiliki dan kasih sayang, kebutuhan akan penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri. Menurut Marslow setelah seseorang tersebut terpuaskan pada tingkatan bawah maka seseorang tersebut akan memuaskan pada tingkatan berikutnya dan seterusnya. penulis akan fokus membahas mengenai kebutuhan fisiologis pada kali ini.



Kebutuhan Fisiologis

        Penulis membaca didalam wikipedia bahwa kebutuhan ini terkait dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidupnya secara fisik.Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan makan, minum, tempat berteduh , tidur, dan semacamnya. Kebutuhan ini adalah potensi paling dasar dan besar bagi semua pemenuhan kebutuhan ditingkat atasnya. Oleh karena itu untuk menciptakan proses pembelajaran yang gembira ,guru dan murid harus terpenuhi dulu salahsatunya adalah faktor makan, karena penulis pernah mengalami menyelesaikan suatu kasus perkelahian adu mulut antara guru dan murid yang jika dilihat dari masalah luarnya adalah kesalahpahaman mengenai pembelajaran. Ternyata setelah di telusuri masalah utamanya bukan disana tetapi murid tersebut belum makan dan kebetulan lagi menstruasi yang terjadi adalah murid salah menangkap informasi dari guru tersebut. 
                
            Kita mengenal Tripusat pendidikan yakni sekolah, orangtua, dan masyarakat. Ternyata waktu istirahat termasuk dasar dari kebutuhan seseorang. Oleh karena itu orangtua dirumah harus mempunyai aturan mengenai jam tidur bagi anaknya, terlebih anak yang masih dalam tahap sekolahan. Jangan sampai anaknya tersebut lebih suka beraktivitas di malam hari yang membuat ia terlambat kesekolah bahkan tidur dalam proses pembelajaran di kelas.  Orangtua harus memantau perkembangan istirahat si anak agar respon dalam pembelajaran di kelas menjadi lebih baik. 

            Penulis pun pernah membaca buku mengenai sekolah di Finlandia, ternyata disana masuk kesekolah dimulai dari jam 09.45-14.45 waktu setempat, jadi hanya sekitar 5 jam . Dan setiap pembelajaran 45 menit para murid diberikan istirahat selama 15 menit. Penulis belum mengetahui secara jelas, landasan filosofi mengapa jam sekolah di Indonesia lebih lama hingga jam 4 bahkan setengah 5. Padahal yang penulis alami ketika mengajar melewati jam 1 kebawah, para murid tidak bisa konsentrasi secara penuh lagi jadi seakan-akan guru hanya menjejalkan pelajaran saja tanpa memahami kebutuhan murid tersebut. Bahkan ada idiom yang mengatakan bahwa jika pembelajaran sudah siang hari " gurunya ngantuk, apalagi muridnya" Mungkin pemerintah perlu memikirkan hal ini, agar pembelajaran disekolah lebih efektif. 

            Sebenarnya banyak yang penulis akan tuliskan pada detik ini, tetapi karena penulis ada kajian bersama Guru Ahmad Mahfuzi Lumbu, maka kita akhiri tulisan hari ini dengan sebuah pernyataan tanpa guru yang gembira maka sehebat apapun metode dan perangkat pembelajarannya tidak akan efektif, mari menjadi guru pembelajar sepanjang hayat.

               

Komentar