Hari minggu yang cerah menemani penulis untuk berusaha konsisten mengenai kegiatan menulis. Memang banyak godaan untuk tidak menulis , padahal dalam sehari-hari kita terdapat puluhan ribu kata keluar dari lisan kita tetapi ketika menulis seketika virus mandek itu pun menyelimuti pikiran kita, sehingga sebuah tulisan tertunda. Penulis pernah mengikuti salahsatu pelatihan dalam hal menulis yang diadakan oleh TintaLangit. Salahsatu narasumbernya A. Fuadi mengatakan bahwa salahsatu faktor yang membuat kita dalam menulis itu mandek adalah kurangnya bahan dalam tulisan kita, atau kurang riset mengenai hal yang akan kita tulis. Semakin banyak bahan atau hasil riset kita mengenai suatu hal yang akan kita tulis, maka semakin mudah untuk menuntaskan untuk menulis. Hal yang paling mudah untuk ditulis adalah mengenai keseharian kita, karena bahan berserakan dimana-mana.
Alhamdulilah di SMA Negeri 1 Rantau beberapa guru mulai aktif dalam menulis. Salahsatunya adalah Ibu Murliyani. Ibu Murliyani adalah seorang guru mata pelajaran matematika. Penulis rasa umur beliau 50 tahunan ke atas tetapi semangat untuk menyumbang pengabdian berupa semangat literasinya sangat bergelora. Di sisi lain ruang guru yakni diruangan Tenaga Administrasi Sekolah terdapat pujangga handal yakni Bapak Norkamal Pahsya yang penulis sarankan untuk mengumpulkan seluruh puisi-puisi indahnya dan dibukukan agar ber-ISBN, karena itu adalah hal yang sangat berguna kelak untuk anak keturunan beliau.
Memang membangun konsisten itu adalah perjuangan. Jika didalam term Islam ada yang disebut dengan Mujahadah yakni berjuang bersungguh-sungguh dengan menggunakan kemampuan fisik untuk melawan hawa nafsu dalam hal ini berupa kemalasan untuk menulis. Jihadnya seorang guru adalah dengan mendidik dan mengajar. Salahsatu unsur dari mendidik dan mengajar adalah menulis. Karena dalam menulis nilai-nilai yang akan ditanamkan tersimpan rapi di sebuah karya. Betapa banyak ulama dan ilmuwan muslim yang hingga sekarang hidup namanya karena menulis dan buah pikirannya pun digunakan oleh masyarakat sekarang.
Tadi penulis melihat Tiktok dari Alfian Bahri (@guruamatiran) yang tiba-tiba lewat di jendela tiktok penulis. Isi dari videonya tersebut adalah "Saya meyakini bahwa kualitas mahasiswa PPG (Pendidikan Profesi Guru) itu sudah top. Mereka sudah bisa menganalisis kelas, managemen kelas, menyiapkan modul , menerapkan teori. Secara keilmuan keguruan mereka bagus saat PPG. Yang jadi soal selama bertahun-bertahun itu bukan disana, ternyata pada konsep konsistensi. Mungkin sekarang waktu PPG mereka ada support sytem , teman-temannya juga mengerjakan tugas , teman-temannya ada deadline mengerjakan, teman-temannya ada pressure untuk observasi lapangan, ada pressure melakukan penelitian kelas. ada gairah belajar. Ada support system yang membangun, jadi mereka mengerjakan dengan enjoy walaupun susah. Tetapi yang jadi permasalahan ketika mereka sudah penempatan sekolah atau sudah benar-benar jadi guru support system itu tidak bekerja. Ada guru yang mengajar ala kadarnya, ada senior yang cuma bisa ini itu, ada lingkungan toxic, dan lain lain. Disitulah nanti yang didapatkan ketika PPG tidak terlalu berguna dan tidak berdampak karena tidak ada support sistem , tidak ada pressure untuk melakukan seperti saat PPG. Ini permasalahan klasik yang terus berulang setiap waktu karena support sytemnya beda .
Sebegitu pentingnya support sytem didalam ekosistem sekolah ini mempengaruhi kualitas mutu pendidikan disekolah tersebut. Penulis berusaha ikut berkontribusi membangun support system dalam hal ini literasi di ekosistem sekolah. Dengan ilmu sedikit yang penulis dapatkan dari KBMN (Kelas Belajar Menulis Nusantara) semoga kelak menjadi manfaat yang besar untuk dunia pendidikan khususnya SMA Negeri 1 Rantau. Dengan semangat untuk membangun tempat kita berpijak, tempat kita mendapatkan rezeki. Salahsatu cara membangun penulis adalah berusaha semaksimal mungkin untuk melayani.
Walaupun penulis sendiri belum PPG tetapi dengan memanfaatkan pelatihan dan platform merdeka mengajar , penulis selalu berbenah diri untuk memberikan yang terbaik di kelas. Karena penulis dengan mata kepala sendiri melihat betapa mengharukannya tangisan seorang ibu yang ingin anaknya bisa punya semangat untuk bersekolah minimal lulus SMA. Untuk bekal dia menjalani kehidupannya kelak. Oleh karena itu ini menjadi salahsatu semangat penulis juga untuk menjadi guru yang benar-benar guru. Betapa kompleksitasnya masalah di sekolahan membuat seorang guru tidak boleh berhenti belajar dan harus memiliki jiwa pembelajar sepanjang hayat.
Salahsatu basic menjadi guru sejati adalah menulis. Ada idiom yang selalu teringat oleh penulis ketika mengikuti KBMN yakni kalau kamu bukan anak raja, dan bukan anak ulama besar maka menulislah. Idiom ini dituliskan oleh Imam Ghazali. Umat Muslim pasti tahu Imam Al Ghazali. Salahsatu ulama yang banyak berkontribusi untuk agama dan menebarkan manfaatnya hingga sekarang ini melalui kitab-kitabnya seperti Kitab Ihya Ulumuddin, Kitab Minhajul Abidin, Kitab Bidayatul Hidayah, dan lain-lain. Oleh karena ini penulis menyarankan pembaca untuk mengikuti kelas KBMN gelombang 29 digagas oleh PB PGRI yang akan dimulai dari 17 Juni 2023 sebanyak 30 kali pertemuan. Agar kita semua dapat berkontribusi untuk meningkatkan literasi pendidikan di Indonesia. Kalau bukan kita sekarang, siapa lagi. Tidak ada kata terlambat untuk memberikan kontribusi.
Komentar
Posting Komentar