"Habis Gelap Terbitlah Terang"
(RA Kartini)
Alhamdulilah ramadhan ke 30 sedang berlangsung, selamat kepada umat muslim yang merayakan hari raya idul fitri 1444H pada hari ini Jum'at 21 April 2023. Penulis sendiri melaksanakan hari raya idul fitri 1444 H besok hari, Sabtu 22 April 2023 mengikuti keputusan pemerintah. Walaupun berbeda tetap harus saling menghormati dikedepankan, karena perbedaan itu adalah rahmat dari Allah SWT. Walaupun berbeda kita memiliki kesamaan yang harus dijunjung tinggi yakni keikhlasan untuk beribadah kepada Allah SWT. Seperti kata Gus Baha kalau keikhlasan dalam beribadah diutamakan maka menghadapi perbedaan itu adalah hal yang biasa saja,karena fokusnya mencari Ridha Allah SWT bukan mencari pengaruh, kepintaran, populer, dan lain-lainnya.
Hari ini juga bertepatan dengan peringatan hari Ibu RA Kartini. Tanggal yang dipilih merupakan hari kelahiran beliau pada tahun 1879,sosok wanita yang sholehah untuk menjadikan wanita cerdas dan berkualitas. Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964. Keputusan tersebut menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. RA Kartini terkenal dengan hobinya mengumpulkan buku-buku untuk dibaca dirumahnya. Bahkan ditengah keterbatasan peran wanita pada waktu itu, RA Kartini termasuk wanita yang produktif menulis untuk teman-temannya yang berada di negeri Belanda.
RA Kartini sendiri dalam pendidikan agamanya ia belajar kepada KH.Sholeh Darat Semarang. Sosok guru yang melahirkan ulama-ulama berkualitas seperti KH. Ahmad Dahlan pendiri Organisasi Muhammadiyah dan KH Hasyim Asyarie pendiri Organisasi Nadhatul Ulama. Walaupun bentuk perjuangan dari 3 sosok ini berbeda-beda tetapi mereka semua memiliki sanad keilmuan yang jelas, memiliki guru yang jelas, dan kegigihan mereka dalam menuntut ilmu agama.
Salahsatu kritikan beliau kepada hatinya yang hampa ketika membaca Al Qur'an dengan sebuah tulisan kepada Stellah EH Zeehandelaar tertanggal 6 November 1899 " Al Qur'an terlalu suci untuk diterjemahkan dalam bahasa apapun juga. Disini orang juga tidak tahu bahasa arab. Disini, orang diajari membaca Al Qur'an, tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Saya menganggap itu pekerjaan gila, mengajari orang membaca tanpa mengajarkan makna yang dibacanya". Dari pernyataan ini beliau adalah sosok wanita yang sangat mencintai Al Qur'an, rasa penasaran mengenai kandungan al Qur'an sangat tinggi.
Dalam lanjutan suratnya beliau mengatakan " Sama halnya seperti kamu mengajar saya membaca buku bahasa Inggris yang harus hapal seluruhnya, tanpa kamu terangkan maknanya kepada saya. Kalau saya mau mengenal dan memahami agama saya, maka saya harus pergi ke negeri Arab untuk mempelajari bahasanya disana. Walaupun tidak shaleh,kan boleh juga jadi orang baik hati. Bukankah demikian Stella ? (Sumber : Kemenag.go.id)
Dalam kehausan ilmu Al Qur'an tersebut, Allah takdirkan RA Kartini bertemu dengan KH Sholeh Darat. KH Sholeh Darat lah yang mampu membuka wawasan Islam RA Kartini. Al Qur'an yang demikian suci dibuka maknanya sehingga RA Kartini memahaminya. Kepada KH Sholeh Darat, RA Kartini belajar Tafsir Faidlur Rahman. Tafsir Faidlur Rahman fi Tarjamati Tafsir Kalam Malikid-Dayyan jilid satu ditulis selama sebelas bulan oleh KH Sholeh Darat (20 Rajab 1309 H/19 Februari 1892 sampai 19 Jumadil Awal 1310 H/ 9 Desember 1892 M). Jilid pertama ini berjumlah 503 halaman dengan bahasan surah Al Fatihah dan surah Al Baqarah. Kitab tafsir itu selanjutnya dicetak oleh percetakan HM Amin Singapura pada 27 Rabiul Akhir 1311 H/ 7 November 1893.
"Tahun berganti tahun, kami namanya orang Muslim, karena kami turunan orang Muslim. Dan kami namanya saja Muslim, lebih daripada itu tidak. Tuhan, Allah, bagi kami hanya semata-mata kata seruan. Sepatah kata, bunyi tanpa arti dan rasa. Demikian kami hidup terus, sampai tiba hari yang membawa perubahan dalam kehidupan jiwa kami. Kami telah menemukan Dia, yang tanpa disadari telah bertahun-tahun dirindukan oleh jiwa kami"
(RA Kartini)
Penulis jadi teringat kata-kata Bapak Soekarno mengenai wanita bahwa kalau perempuan itu baik, maka jayalah negara. tetapi kalau perempuan itu buruk, maka runtuhlah negara. Mengutip dari perkataan Charles Fourier bahwa tinggi rendahnya tingkat kemajuan suatu masyarakat, adalah ditetapkan oleh tinggi rendahnya tingkat kedudukan perempuan didalam masyarakat tersebut. Bahkan pepatah Arab jauh-jauh hari sudah mengatakan bahwa perempuan itu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya, jika engkau persiapkan dengan baik maka sama halnya engkau persiapkan bangsa yang baik pokok pangkalnya. Maka melahirkan perempuan yang berkualitas itu adalah hal yang harus dizaman modern sekarang ini, bukan hanya berkualitas dari segi pemikiran tetapi juga segi akhlaknya. Jika ingin merusak suatu bangsa, maka rusaklah kaum wanitanya. Semoga berkah Ramadhan perempuan di Indonesia diberikan oleh Allah kecerdasan, akhlak yang mulia, dan kelak melahirkan generasi-generasi yang berkualitas. Amiiin
Komentar
Posting Komentar