Pentingnya Mental Pembelajar Sepanjang Masa

 

    Alhamdulilah hari ini adalah Ramadhan ke 21. Akhir-akhir Ramadhan ini semoga makin meningkatkan ibadah kita dan bisa mendapatkan keistimewaan Lailatul Qadar. Beberapa masjid dan majelis di Kabupaten Tapin sangat antusias sekali menyambut 10 malam terakhir ini. Dengan beragam amalan ibadah seperti I'tikaf, membaca Al Qur'an, shalat Tahajud, dan lain-lain hingga menjelang sahur. 

    Disekolahan hari ini lalu lintas terlihat sangat padat sekali disamping kegiatan belajar mengajar, di ruangan BK juga sibuk dengan kedatangan orangtua suswa yang kemarin tidak sempat datang mengenai dialog pendidikan dalam rangka memenuhi tugas dan absensi ketika pesantren ramadhan berlangsung. Semoga dengan banyaknya lalu lintas pendidikan tersebut membuat sekolah SMA Negeri 1 Rantau semakin maju, semakin jaya, dan makin bermanfaat luas untuk pendidikan di Kabupaten Tapin, di Kalimantan Selatan, bahkan dapat berkontribusi lebih untuk berbakti kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta. 

    Memang untuk sekarang partisipasi orangtua terhadap pendidikan di sekolah harus rutin dilakukan, idealnya bukan saja pada siswa yang bermasalah, tetapi kepada seluruh siswa yang memang tujuan awalnya adalah untuk mendampingi tumbuh kembang siswa. Kalau bahasa dari pengawas PAI waktu MGMP bulan lalu adalah sekolah sebagai bengkel kemanusiaan. Jadi menghapus pandangan stereotip mengenai bimbingan konseling sebagai tempatnya "anak bermasalah" harus mulai diganti dengan tagline bahwa BK adalah rumah siswa untuk memperbincangan mengenai segala potensinya untuk perkembangan lebih baik kedepannya. 

    Karena terjadi perubahan paradigma ini maka wali kelas yang notobene sangat dekat dan memahami siswa, harus selalu belajar mengenai parenting abad 21. Sebagaimana diucapkan oleh Sayyidina Ali "Didiklah anakmu sesuai zamannya, karena mereka bukan hidup dizamanmu" Jadi tugas wali kelas sekarang dengan menggunakan paradigma ini idealnya bukan hanya mengisi rapot semata,mengumpulkan absensi kelas binaannya, mendampingi siswa yang bermasalah, tetapi lebih dari itu mereka harus menjadi sumber mata air yang memberikan kesejukan bagi binaannya bukan sebagai air mata yang selalu mengalir sehingga siswa binaannya mengalami demotivasi. 

    Memang perlu kerja keras dan kerja ikhlas itu untuk melakukannya. Disitulah letaknya pengabdian, jika segala sesuatu selalu dihitung dengan materi maka itu adalah kalkulasi. Padahal kita tahu yang dibutuhkan manusia adalah cinta yang tulus bukan cinta karena fulus. Didalam pengabdian tersebutlah ketulusan akan terpancar. Sebagaimana dijelaskan didalam Al Qur'an Surah Muhammad Ayat 7 bahwa " Wahai orang-orang yang beriman ! Jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu." Jika kita mentadaburi ayat ini termasuk menolong agama Allah adalah memberantas kebodohan, kemalasan dari generasi yang kita didik. Jadi niatkan saja berdakwah, karena dakwah itu bukan melulu harus tampil ceramah di tabligh akbar atau ketika ada peringatan Hari Besar Islam saja, tetapi dakwah bil hal atau dakwah dengan tindakan/teladan itu yang dibutuhkan pada sekarang ini. 

        Makanya seluruh pembaca khususnya guru perlu merenungi hadis dari Nabi Muhammad SAW, penulis kira semua pembaca sudah pada tahu bahwa beliau pernah berkata "jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal yakni sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau doa anak yang sholeh/sholehah". Enaknya jadi guru adalah kita bisa menggunakan fasilitas ilmu yang bermanfaat ini sebagai jalan untuk masuk kedalam surganya Allah SWT. Betapa tidak jika kita mengajarkan dan mendidik siswa dengan 1 ajaran kebaikan, lalu dilakukan oleh siswa tersebut selama dia menjalankan kebaikan tersebut maka akan mengalir pahala atau kebaikan kepada diri kita. Bukankah itu adalah investasi yang sangat menguntungkan ? Maka lihatlah siswa dari sudut pandang bahwa ia adalah sasaran dakwah yang akan meneruskan jejak langkah sujud kita kepada Allah SWT di muka bumi ini. Semua ini membutuhkan perjuangan dan kesabaran tetapi Allah tidak melulu melihat hasil, yang Allah pandang adalah proses kita dalam bersabar mendidik anak tersebut sehingga menjadi lebih baik seperti mengajarkan shalat 5 waktu secara berjamaah, membaca Al Qur'an, disiplin waktu, dan paling penting adalah selalu mendoakan murid kita semoga mereka sukses dunia akhirat, dan husnul khotimah pada akhirnya. Yuk kita tanamkan jiwa pembelajar didalam diri kita agar dapat menciptakan pendidikan yang berkualitas baik dunia maupun akhirat.

        Akhirnya penulis tutup tulisan kali ini karena ditemani hawa ngantuk didepan laptop ini dengan kegiatan ramadhan berbagi SMA Negeri 1 Rantau kepada siswa yang kurang mampu berjumlah 11 siswa. Semoga dengan paket lebaran kegiatan ramadhan berbagi ini bisa menjadi sumber inspirasi kepada banyak orang bahwa kita harus menjalankan makna salam  ketika sebelum selesai shalat terhadap kehidupan sehari-hari yakni menengok kanan kiri, barangkali ada saudara kita yang membutuhkan uluran perhatian kita dalam hal apapun termasuk pangan, ekonomi, dan pendidikannya.

        Disela-sela mau mematikan laptop ini, penulis menyempatkan mencicil membuat aksi nyata Platform Medeka Mengajar dengan topik literasi. Alhamdulilah SMA Negeri 1 Rantau pada data rapot pendidikan tahun 2022 kemampuan literasinya diatas kompetensi minimum yakni 2.11 diatas rata-rata provinsi Kalimantan Selatan dengan rincian 20 % siswa berkategori mahir, 62,22% siswa berkategori cakap, dan 17,78%  siswa kategori mendasar. Semoga hal ini bisa mengingatkan kita dan menjadikan semangat untuk meningkatkan literasi di lingkungan kita menjadi sangat baik kedepannya dengan tidak di zona nyaman tetapi selalu meng-upgrade literasi kita dengan banyak membaca dan menulis. Jika gurunya semangat dalam literasi maka energi tersebut akan tertular kepada siswanya. Salahsatu yang dibutuhkan oleh generasi zaman sekarang adalah inspirasi dari orang terdekatnya, jika disekolah berarti peran tersebut dipegang oleh seluruh elemen sekolahan dari satpam hingga kepala sekolah beserta wali murid.

 

Komentar