Mental Parenting Zaman Now

 

        Alhamdulilah Ramadhan ke 22 berlalu dengan sangat melelahkan karena disamping melakukan kegiatan pembelajaran, rapat tim disiplin, dan rapat bersama komite sekolah. Semoga lelah ini menjadi sumber keberkahan dan dianggap oleh Allah SWT sebagai bentuk pengabdian kepada pendidikan yang berkualitas kedepannya. Penulis teringat dengan kalimat indah dari sang filosof Yunani Mbah Socrates beliau pernah mengatakan bahwa  " Orang besar mendiskusikan ide , orang pada umumnya berbicara mengenai peristiwa, orang bermental rendah berbicara mengenai orang lain kearah negatif" . Itu yang coba penulis mulai bangun dari diri sendiri dan lingkungan terdekat, bagaimana agar bisa yang selalu diperbincangan ketika di sekolah adalah mengenai ide. Bagaimana caranya agar sekolah dapat berkualitas ? Bagaimana mendidik anak remaja zaman millenial ? Bagaimana agar budaya disiplin dapat dilakukan oleh semua pihak ? Bagimana agar semua guru dapat menulis mengenai idenya kedepan mengenai sekolah yang ideal ?

        Menurut hemat penulis, program yang dibutuhkan sekarang ini dalam dunia sekolah adalah kolaborasi dengan orangtua murid untuk bersama-sama mendidik anaknya. Program parenting keluarga sangat dibutuhkan, karena betapa sebagian orangtua belum terlalu peduli terhadap parenting ini. Hanya dengan memberi makan, bekal jajan, sangu berupa duit, dan membelikan baju sekolah dengan segala atributnya diartikan sudah memenuhi kewajibannya sebagai orangtua, nyatanya itu belum sempurna. Terlihat ketika diadakan dialog pendidikan terkait anak seperti kemarin beberapa orangtua tidak dapat menghadiri hal itu karena alasan sibuk bahkan hanya diwakili oleh kakanya ,padahal waktu untuk berdialog tidak memakan waktu yang lama, paling tidak 1 jam saja untuk mengetahui perkembangan anaknya. 

           Banyaknya terjadi penyimpangan perilaku oleh anak di masa remaja seperti bolos sekolah, perkelahian sesama teman, pergaulan bebas, bahkan minum-minuman keras itu diantaranya adalah kurang seimbangnya perhatian keluarga dari segi fisik ataupun batin si anak. Betapa banyak penulis ketika menangani permasalahan terkait hal tersebut semuanya bermuara kepada hal yang sama yakni parenting orangtua yang jauh dari kata sempurna. Para orangtua hanya berfokus mencari nafkah untuk anaknya, tetapi tidak ada waktu untuk sekedar menjadi teman ngobrol anaknya bahkan hubungan dengan salah satu orangtua yang tidak berjalan harmonis. Sehingga penyimpangan yang dilakukan si anak tersebut adalah bentuk pelampiasan untuk diakui esensi keberadaannya pada lingkungan ia tinggal. 



            Guru pun perlu dibekali ilmu parenting terhadap remaja juga. Apalagi karakter tiap anak itu berbeda-beda. Maka caranya pun pasti berbeda dalam menangani anak tersebut. Penulis terkesima ketika rapat dengan komite sekolah tadi sore beliau mengatakan " Membangun gedung-gedung 3 bulan pasti sudah kelihatan hasilnya, tetapi membangun mental anak yang berkualitas itu perlu 5-10 tahun baru kelihatan hasilnya"  Maka daripada itu guru tidak boleh menyerah membangun mental muridnya yang berkualitas dengan menciptakan budaya sekolah yang nyaman, aman, serta berakhlak.

            Penulis teringat dengan Qur'an Surah An Nisa ayat 9 bahwa "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka anak-anak yang lemah , yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar". Dan ditambah Qur'an Surah At Tahrim ayat 6 bahwa " Hai orang-orang yang beriman , peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu......".

            Menurut pengamatan penulis selama menangani kasus didalam tim disiplin, orangtuanya rata-rata hanya fokus mencari nafkah lahiriah saja, tetapi nafkah batin tidak diperhatikan. Salah satu nafkah batin adalah shalat shubuh yang dilalaikan oleh keluarga. Penulis termasuk yang meyakini bahwa sumber peradaban yang berkualitas itu dimulai dari keluarga yang mendirikan shalatnya, mengajarkan anaknya shalat, dan bersama-sama shalat. Kalau perkara itu lepas, maka yang terjadi adalah munculnya penyimpangan-penyimpangan oleh anggota keluarganya. Bahkan diantara nafkah batin yang luput dari fokus keluarga adalah budaya mengaji Al Qur'an yang sebatas ketika sudah khatam waktu SD bertanda selesai dan tidak dilanjutkan lagi didalam keluarga dalam kesehariannya. Maka daripada itu penulis sementara menggunakan solusi dalam meredam penyimpangan perilaku tersebut ketika disekolah adalah si anak tersebut diberi pembinaan dan syarat harus adzan atau iqomah ketika shalat dhuzur berjamaah, dan harus didepan atau disamping guru agamanya ketika kegiatan tersebut. Semoga dengan hal itu dapat berubah seiring waktu, karena manusia itu bersifat dinamis yang kapan saja dia akan berubah kepada yang lebih baik dan itu fitrah manusia suka kepada kebaikan.

        Oleh karena itu penulis menghimbau kepada Dinas Pendidikan Provinsi atau pihak yang terkait lebih memperhatikan kondisi prasarana berupa mushola yang disesuaikan dengan jumlah siswa. Bukan hanya sekedar adanya mushola. Karena bagaimana menciptakan generasi yang bertaqwa, berkarakter, dan berakhlak jika musholanya kecil bahkan tua reot. Sedangkan pembelajaran dilakukan dari jam 07.30 hingga 16.00. Berapa persen waktu siswa bisa bercengkrama dengan Allah. Penulis termasuk yang meyakini bahwa jika mushola/masjid di sekolah itu dapat berjalan dengan efektif maka penyimpangan tersebut dapat diminimalisir bahkan dihilangkan. Kita bisa melihat ketika Rasulullah Hijrah, yang dibangun pertama kali adalah rumah Allah, bahkan rumah Allah itu dapat membentuk pola perilaku suatu masyarakatnya. Bagaimana menanamkan karakter yang telah dirumuskan oleh pusat, jika prasarana sangat tidak memadai bahkan cenderung abai. Semoga ini bisa menjadi perhatian bersama. Apalagi kita mayoritas muslim,mengapa kecendrungan mushola disetiap sekolahan sangat minimalis? 

          Selain Prasarana tersebut, sumber daya manusia didalam sekolahan harus selalu mempunyai semangat menjadi pembelajar seumur hidup. Menggunakan makna guru dengan sebenar-benarnya yang memang digugu dan ditiru. Bukan karena sekedar profesi tetapi menjadikan  makna guru sebagai inspirasi. Karena setiap tingkah laku kita pada hakikatnya itu adalah sumber pembelajaran yang akan ditiru oleh siswa. Jadi berhati-hati dalam bersikap dan berkata. Apalagi hal yang utama adalah kedisiplinan. Penulis termasuk yang sedang berusaha untuk menjadi guru yang disiplin untuk diri, dengan berusaha untuk masuk kekelas tepat waktu, dan seminimalisir agar mengurangi kegiatan yang mengakibatkan kelas itu kosong. Sebagaimana siswa disuruh tepat waktu, maka guru pun harus begitu juga. Semoga Allah mudahkan kita dalam menggapai mental disiplin ini. 

            Ya Allah dimalam ke 23 Ramadhan ini penulis berdoa semoga kita sebagai guru selalu diberi kesabaran dan kesungguhan dalam mendidik siswa kita.

Ya Allah dengan kebesaranmu, jadikanlah murid yang kita didik menjadi anak yang sukses, sholeh, sholehah serta berakhlak kepada orangtua, guru, dan sesamanya.

Ya Allah hanya Engkaulah yang mampu membolak balikkan hati siswa, maka cenderungkan lah siswa tersebut kepada jalan yang Engkau Ridhoi.

Ya Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, jadikanlah kami bisa memiliki skill kasih dan sayang kepada murid dalam mendidiknya.

Ya Allah lembutkan lah hati kami sebagai guru, lembut kan lah hati murid kami, lembutkan lah hati orangtuanya sehingga kita dapat selalu berkolaborasi dengan semangat kebermanfaatan karena seperti kata utusan Engkau Nabi Muhammad SAW bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat

Ya Allah jika kami selama mendidik ini banyak salahnya, maka ampuni ya Allah, berikan kami petunjuk agar dapat mendidik sebagaimana yang engkau Ridhoi.

Ya Allah, jadikanlah sekolahan kami sebagai tempat yang memanusiakan manusia, bukan sumber pemaksaan kemanusiaan bahkan penindasan kemanusiaan

Ya Allah, cenderungkan kami selalu untuk memiliki semangat pembelajar sepanjang hayat, dan pada akhirnya melalu profesi guru ini kami mengenal dan selalu mendekat kepada Engkau

Ya Allah, Engkaulah tempat kami meminta segala sesuatu, dan takdirkan lah kami ketika meninggal nanti dalam keadaan husnul khatimah..

            

        

Komentar