Kecerdasan Buatan ( AI) Berkah Vs Bahaya untuk Agama Islam?

 

 

    Alhamdulilah hari ini adalah ramadhan ke 11. Penulis mencoba-coba kecerdasan buatan (AI) yang sedang hangat dibincangkan di grup KBMN (Kelas Belajar Menulis Nusantara). Lantas penulis menuju link berikut ini https://deepai.org/chat. Perkembangan teknologi begitu cepat hingga sekarang dalam bentuk kecerdasan buatan yang mampu menjawab problem apapun. Ini merupakan tantangan bagi seorang guru untuk selalu meng-upgrade keilmuannya. Penulis pun mencoba membuktikan kecerdasan dari aplikasi ini dengan bertanya mengenai hidup sederhana dan bermakna di bulan Ramadhan.

Penanya : Apakah kamu ada tips untuk hidup sederhana dan bermakna di bulan Ramadhan ?

Jawaban : 

Tentu saja! Berikut beberapa tips yang dapat membantu Anda hidup sederhana dan bermakna di bulan Ramadan:


1. Fokus pada Ibadah dan Refleksi Diri

Manfaatkan waktu di bulan Ramadan untuk lebih banyak beribadah dan merenung tentang diri sendiri. Tidak hanya fokus pada menahan lapar dan haus selama berpuasa, namun juga lebih aktif dalam memperdalam pengetahuan tentang agama dan mengevaluasi diri sendiri untuk menjadi lebih baik.

2. Berbagi Kebaikan

Bulan Ramadan adalah kesempatan untuk memberikan kebaikan kepada orang lain. Berbagi makanan dengan orang yang membutuhkan, sedekah, atau membantu pekerjaan rumah tangga dapat memberikan kebahagiaan serta mempererat hubungan sesama manusia.

3. Hindari Konsumsi Barang-Barang yang Tidak Diperlukan

Membatasi konsumsi barang-barang yang tidak diperlukan atau sia-sia, seperti gadget, baju baru atau makanan yang mahal, dapat membantu hidup sederhana dan berkualitas. Uang yang dihemat dapat digunakan untuk membantu orang yang membutuhkan atau sedekah.

4. Berolahraga secara Teratur

Meskipun berpuasa, tetap penting untuk menjaga kesehatan fisik dengan rajin berolahraga. Olahraga dapat membantu menjaga stamina serta memberikan energi, sehingga ibadah di bulan Ramadan dapat dilaksanakan dengan lebih baik.

5. Berikan Perhatian Khusus pada Keluarga dan Lingkungan Sekitar

Bulan Ramadan bisa menjadi momen yang tepat untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan keluarga dan lingkungan sekitar. Menjaga lingkungan tetap bersih, saling membantu dalam menjalankan ibadah serta memberikan perhatian lebih pada orang terdekat, dapat menjadi ringan dalam bahagia.

Semoga tips di atas bermanfaat untuk membantu Anda menjadi manusia yang hidup sederhana dan bermakna di bulan Ramadan. Selamat menjalankan ibadah!

Penanya : Adakah dalil Al Qur'an dan hadis mengenai hidup sederhana dan bermakna di Bulan Ramadhan ? 

Jawaban :

Tentu saja, ada banyak ayat Al-Qur'an dan Hadis Rasulullah SAW yang mengajarkan tentang hidup sederhana dan bermakna di bulan Ramadhan, di antaranya sebagai berikut:

1. “Dan hiduplah di bumi itu dengan tenang dan sederhana, dan makanlah dari rezeki yang Allah swt. memberikan kepadamu, dan cepat-cepatlah kamu berpaling dari dosa-dosamu supaya diberkati Allah swt dengan rahmat-Nya.” (QS. Al-A`raf: 31)

Artinya: Tinggallah di muka bumi dengan cara yang baik dan sederhana, makanlah dari apa yang telah disediakan Allah untukmu, dan berlaku dengan baik. Cepat berpaling dari dosa supaya di rahmati oleh Allah.

2. "Sesungguhnya berpuasa itu adalah menahan diri dari makan,minum dan syahwat. Jika seseorang dihina atau diperangi dengan kata-kata atau lecutan pedang sampai ia membunyikan suara maka ALLAH Subhanau wata’ala berfirman, Demi Kekuasaanku Dan Kemuliaan-Ku, Puasanya, daging dan darahnya, tidaklah berlain-lainan di sisi-Ku, Dia telah menahan diri dari makan dan minum dan syahwatnya, Karena sesungguhnya puasa itu adalah bagian dariKu, Dan Aku sendiri yang akan membalasinya. Setiap kebaikan dilipat gandakan sampai sepuluh kali lipat.” (HR. Bukhari)

Artinya: Berpuasa itu bukan hanya menahan diri dari makan, minum atau syahwat, namun lebih pada meningkatkan kualitas hidup bersama dengan membatasi dorongan-dorongan duniawi. Hidup sederhana dan berkualitas dapat menambah pahala dan keutamaan saat menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan.

3. “Puasa dan membuka puasa (berbuka), itu adalah laki-laki dan perempuan yang satu sama lainnya, sebuah perisai (yang mencegah mereka dari melakukan dosa), dengan (membuka) kebaikan antara keduanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya: Hidup sederhana dan bermakna di bulan Ramadhan diwujudkan melalui puasa dan berbuka dengan sesama. Menjaga diri dari perbuatan dosa dan meningkatkan kebaikan antar sesama adalah tindakan positif yang bisa didapatkan dalam hidup bersama yang sederhana.

Semoga beberapa ayat Al-Qur'an dan Hadis Rasulullah SAW di atas bisa memberikan inspirasi dan motivasi bagi Anda untuk menjalani hidup sederhana dan bermakna di bulan Ramadhan.

Penanya : Apakah ada referensi untuk hidup sederhana dan bermakna di Bulan Ramadhan?

Jawaban :

Tentu saja ada referensi buku atau kitab ulama klasik yang bisa dijadikan sandaran untuk hidup sederhana dan bermakna di bulan Ramadhan. Berikut beberapa di antaranya:

1. "Al-Adzkar" karangan Imam An-Nawawi

Buku ini merupakan salah satu karya monumental dari Imam An-Nawawi yang memuat tentang doa dan zikir yang dipraktikkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat. Buku ini juga memuat prinsip hidup sederhana dan bermakna dalam menumbuhkan kecintaan kepada Allah serta menjalankan ibadah dengan lebih khusyuk.

2. "Ihya Ulumiddin" karangan Imam Al-Ghazali

Buku ini berisi rangkuman pemikiran Imam Al-Ghazali mengenai filsafat, teologi dan sufisme. Banyak bab di dalam kitab ini membahas tentang kebiasaan hidup yang sederhana seperti tidak berlebihan dalam konsumsi makanan, bagaimana mengevaluasi harta yang dimiliki, dan bagaimana bersedekah dengan penuh kerendahan hati.

3. "Fathul Qarib Al-Mujib" karangan Al-Bouti

Buku ini memaparkan tentang beberapa amalan sunah yang biasa dilakukan di bulan Ramadan dan bagaimana cara mengerjakannya dengan cara yang sederhana dan penuh keindahan, memastikan bahwa waktu dan energi umat Islam dijalankan dengan maksimal.

4. "Al-Hikam" karangan Ibn ‘Ata Allah As-Sakandari

Buku ini termasuk dalam kitab tasawuf karangan ulama terkemuka dari Mesir, Ibn Ata Allah As-Sakandari. Buku ini memuat kumpulan petuah atau hikmah singkat yang membahas prinsip hidup sederhana dan bermakna seperti menjaga kebersihan hati serta menghindari perbuatan yang sia-sia.

Itulah beberapa referensi buku atau kitab ulama klasik yang bisa dijadikan sandaran untuk hidup sederhana dan bermakna di bulan Ramadhan. Semoga bermanfaat!      


    Kita bisa melihat kegiatan tanya jawab diatas, hanya dalam waktu kurang lebih 3 menit sudah terjawab dengan cepat. Sampai hingga kini masih terjadi kontroversi mengenai hal ini. Diantaranya banyak yang melihat efek negatifnya yakni :
1. Kurangnya kepercayaan pada agama dan spiritualitas
Kemajuan teknologi AI dapat menyebabkan orang kehilangan kepercayaan pada agama dan spritualitas. Sebagai contoh, karena kemampuan AI dalam memecahkan masalah dan memberikan solusi , orang mungkin dapat merasa bahwa teknologi dapat menggantikan fungsi agama dalam memberikan jawaban atau arahan hidup.

2.  Potensi kehilangan kerohanian seseorang
Beragam kegiatan ibadah yang digunakan untuk mencapai rasa keterhubungan dengan Allah, dapat mengalami penurunan kualitas dan frekuensi seiring meningkatnya ketergantungan pada teknologi dan kecerdasan buatan.


        Melihat dari dialog antara Habib Ja'far dan Gita Wirjawan pada tanggal 21 Maret 2023 mengenai kecerdasan artifisial integrasi dengan Agama Islam khususnya bahwa masa depan akan ada tokoh agama semisal Mathama Gandi yang seluruh pemikirannya akan di algorimatkan hingga menjadi avatar(robot) yang mampu menjawab segala persoalan hidup. Bahkan seperti hidup kembali, baik dari suaranya, cara duduknya, maupun tingkah lakunya. Begitu juga akan dihidupkan juga semisal Nabi Muhammad SAW dalam bentuk avatar(robot) untuk memberikan ceramah dan menjawab segala persoalan melalui seluruh pemikiran yang dialgorimatkan.

        Habib Ja'far menjawab ibadah itu terdiri dari 2 sisi yakni sebagai ibadah dan sebagai nilai. Semisal Bulan Ramadhan ini kalau kita marah atau nonton yang diharamkan, puasa kita tetap sah tetapi bisa jadi tidak diterima oleh Allah atau tidak mendapatkan pahala. tetapi kewajibannya gugur tidak perlu diganti puasanya. Semisal shalat itu merupakan kewajiban dari Allah , tetapi dari sisi nilai maka setelah melakukan shalat kita berpikir agar tidak melakukan perbuatan keji dan mungkar. Begitupun haji, kita harus melaksanakan itu diwaktu yang telah ditentukan dan harus kesana, tetapi secara nilai avatar (robot) kita berada di Makkah  melakukan tawaf , sai, wukuf, dll  bukan untuk menunaikan kewajiban tetapi secara nilai agar kita memiliki pengalaman seputar haji tanpa kita harus kesana. 
       
         Agama tidak pernah menutup pintu ijtihad yaitu perkembangan agama berbasis nilai-nilai subtansi yang mutlaq pada agama dan dikontektualisasikan pada masa kekinian dan berbasis kepada ilmu yang salah pun diberi 1 pahala oleh Allah karena penghormatan Allah pada ilmu dan nilai-nilai kekinian. tetapi sebenarnya yang harus menjadi perhatian adalah agama itu soal rasa spiritual. Itu yang tidak bisa diakomodir oleh perkembangan digital. Karena itu seharusnya perkembangan digital itu dilihat sebagai infrakstuktur kita dalam spiritual. Sebagaimana Youtube digunakan untuk berdakwah dalam mengembangan  misi dakwah, jadi pendakwah tidak harus mengumpulkan orang dan dana untuk hal ini.
        Jika dilihat secara ontologis digital ya digital dia tetaplah buatan manusia yang secanggih-canggih manusia dia tidak dapat menjadi Tuhan, dan secanggih-canggihnya robot dia tidak bisa menjadi manusia. Karena robot tidak punya rasa, perhitungannya hanya algoritma walaupun pada beberapa hal kita membutuhkan robot, misalnya seperti yang diatas penulis lakukan bersama AI. 

     Jadi solusinya adalah jangan sampai AI yang membuat kita sebagai manusia teraliensi oleh kehidupan nyata. Jangan sampai digital membuat kita menjadi budaknya, semisal kita tidak bisa lepas dari handphone selama 24 jam. Kita harus menjadi tuan yang mengatur teknologi tersebut. 

Komentar

  1. Masya Allah...luar biasa. Semakin canggih ilmu manusia, namun yakinlah bahwa ilmu Allah tiada tandingannya. Terimakasih Bujang....atas ilmunya

    BalasHapus
  2. Setuju sekali ketika saya mencoba ChatGPT tentang sila-sila Pancasila, Mesin tdk bisa menjawab dengan benar. Karena banyak tipe ChatGPT. Mesin boleh membantu namun kita harus pandai memfilternya

    BalasHapus

Posting Komentar