Guru Now Harus Multitalent


    Alhamdulilah dapat melalui hari Ramadhan ke 20 dengan lancar tanpa hambatan. Semoga disisa malam-malam Ramadhan ini dapat memicu kita makin kuat dalam mencari ilmu, beramal, dan konsisten dalam menggapai cita-cita kita khususnya adalah menulis setiap hari. Hari ini agenda lalu lintas pembelajaran di sekolah cukup padat, karena dari jam 08.00 WITA penulis sudah masuk ke kelas X-5 dengan Bab baru mengenai Syu'abul Iman yakni cabang-cabang iman sebanyak 77 buah yang meliputi perkara hati, ucapan, dan implementasi perilaku dari cabang iman tersebut. Semoga Allah mudahkan kita dalam mengamalkan segala ilmu yang dipelajari dan serta bermanfaat dunia serta akhirat.
 
    Guru sekarang dituntut oleh zaman untuk bukan sekedar mengajar saja, tetapi harus banyak menguasai hal seperti teknologi informatika, psikiater, arsitektur, wartawan, ahli sosial, ahli ekonomi dan sebagainya. Ditambah lagi guru sekarang harus selalu update to date mengenai pembelajaran yang berorientasi pada murid dengan segala cabang-cabangnya. Itu hal yang tidak mudah tetapi dibutuhkan kerja ikhlas, kerja cerdas dalam menjalani kegiatan tersebut.

Teknologi Informatika 

    Kita hidup di zaman siswa yang sudah terbiasa sehari-hari  menggunakan teknologi, betapa tidak maraknya kasus anak kesiangan untuk berangkat sekolah , pulang kemalaman, bahkan tidak masuk sekolah rata-rata karena efek kecanduan dalam teknologi. Disana banyak menyajikan informasi yang disukai oleh murid. Ini menandakan bahwa teknologi sudah memerankan diferesiansi dalam kehidupan si anak tersebut. Karena yang keluar dalam teknologinya adalah sesuai dengan minat, bakat, hobi, dan kesukaan dari si anak tersebut. Antara anak satu dengan yang lainnya pasti berbeda, karena algoritma yang sudah memetakan hal tersebut. Membuat si anak betah berlama-lama dengan teknologi tersebut. Ini adalah tantangan bagi guru zaman sekarang, bagaimana membuat pembelajaran yang differensiasi di dalam kelas.
    Guru sekarang harus mempunyai paradigma baru untuk mengajar. Jika masih menggunakan paradigma yang lama yakni dengan satu arah dan tidak memanfaatkan teknologi, maka pembelajaran antara guru dan murid seperti melakukan pembelajaran yang kurang efektif dan  pasti ditenggelamkan oleh zaman, dan membuat anak bosan. PR kita bersama untuk mencari gaya pembelajaran terbarukan untuk menumbuhkan minat anak dalam pembelajaran dan membuat pembelajaran kita lebih bermakna dengan integrasi teknologi.
        Maka guru sekarang dituntut untuk terus mengupdate ilmunya, mengupdate gaya mengajarnya, serta mengupadate paradigma dalam pembelajaran yang serba instan ini. Daripada harus mengeluh karena merasa tidak bisa menggunakan teknologi, bahkan ketika ada waktu malah gurunya candu dengan teknologi berupa game,itu sungguh sangat jauh dari makna guru. yang penting usaha dulu untuk belajar, karena semangat untuk belajar hal baru itulah yang ternilai harganya. Keluar dari zona nyaman, dengan memberikan kontribusi dengan kemampuan yang kita miliki untuk menciptakan siswa yang cerdas dalam menggunakan teknologi tersebut.

Psikiater

       Guru sekarang pun dituntut untuk seperti psikiater yakni memahami kebutuhan murid. Setiap murid kebutuhannya berbeda-beda. Setiap murid memiliki latar belakang yang berbeda-beda. Tidak bisa diseragamkan. Ketika mereka diseragamkan dalam penanganan maka yang terjadi adalah  gesekan alamiah yang tidak sesuai kodratnya. Ketika ada siswa yang di cap "Nakal" pun pasti ada sebab yang membuat mereka begitu. Ini merupakan pekerjaan besar untuk semua pemangku kepentingan termasuk yang paling bersinggungan dalam hal ini adalah wali kelas dan guru BK. Wali kelas dan Guru BK harus mengenal lebih dalam mengenai muridnya bahkan kalau perlu sampai lingkup pertemanan siswa. Karena zaman sekarang siswa yang dicap "Nakal" memiliki kompleksitas masalah yang harus diurai. Tapi untuk zaman sekarang semua guru harus  menganti paradigma bahwa tidak ada anak yang nakal. Mereka semua memiliki potensi untuk menjadi lebih baik. Kita harus menanamkan kepada mindset kita " Kami percaya siswa adalah orang baik, orang sukses". Dengan mindset awal itu alternatif solusi untuk membimbing siswa tersebut akan bermunculkan, karena diawali dengan positif thingking. Bukankah Allah mengatakan bahwa dia sesuai dengan prasangka hambanya?

            Kerjasama pihak sekolah dengan orangtua juga harus lebih di rutinkan lagi. Sekolah bagus, orangtua dirumah tidak mendidik dengan baik maka sia-sia saja pelajaran disekolah. Sekolah kurang bagus, orangtua bagus mungkin anaknya akan kesulitan dalam mengembangkan bakat dan akademisnya. Sekolah bagus, orangtua peduli, siswanya tidak termotivasi maka sia-sia juga. Jadi dibutuhkan kolaborasi dengan 3 hal tersebut. Memang ini adalah pekerjaan yang sangat melelahkan, tetapi tidakkah kita bangga ketika suatu saat kita dapat menciptakan peradaban yang berkualitas karena lelahnya kita. Maka mindset ikhlas dalam membantu anak dalam proses pertumbuhannya harus digalakkan, adapun materi ataupun finansial memang penting tapi yang harus diutamakan sebaiknya sebagai guru adalah keikhlasan dalam membimbing. InsyaAllah berkat kita banyak membantu pertumbuhan si anak, Allah akan mengirim malaikatnya memberikan rezeki yang tidak disangka-sangka. Mendidik bukan melulu masalah finansial, tetapi ketulusan hati untuk berani mengorbankan waktu kita untuk peradaban kedepan yang lebih berkualitas. 
            
                Penulis jadi teringat pesannya Almarhum KH Maimun Zubair bahwa "jadi guru itu tidak usah punya niat bikin pintar orang. Nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridmu tidak pintar. Yang penting niat menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik. Masalah muridmu pintar atau tidak , serahkan kepada Allah SWT" 

        Maka pada hal ini dialog dan musyawarah lebih dikedepankan, jangan terlebih dahulu menjugde seorang anak tersebut. Siapa tau karena judge kita itulah membuat mereka kehilangan masa depan yang gemilang. Jadi gunakan pikiran yang jernih dulu dengan berbasis data dan fakta. 

Arsitektur 

    Ini terjadi mungkin untuk segelintir guru saja yang kebetulan diamanahkan menjadi bagian sarana dan prasarana. Namun, tanpa keterlibatan dan kepedulian semua elemen sekolah seperti kepala sekolah, guru, perwakilan orangtua murid, murid , dan lain lainnya maka yang terjadi kemandekan dalam penyaluran kebutuhan siswa. Segala sarana dan prasana yang disekolah itu kita harus berorientasi kepada kebutuhan murid bukan kemauan yang bersifat jangka pendek. Segala sesuatu yang dapat meningkatkan pembelajaran efektif dan siswa bertumbuh harus diutamakan terlebih dahulu. Maka yang sangat bersentuhan sekali dengan Sapras ini menurut penulis adalah Wali kelas serta guru yang mengajar. Jika kekurangan buku diperpustakaan terkait mata pelajarannya, silahkan datangi bagian sapras, karena sapras bukan melulu masalah bangunan, tetapi yang paling penting adalah bagaimana proses pembelajaran itu dapat berjalan dengan lancar. Misalnya pemakaian LCD, maka jika sudah selesai memakai hendaknya kembalikan ketempat semula,jangan disimpan untuk diri sendiri, karena itu akan menyulitkan sapras untuk mengecek secara rutin jumlah LCD yang tersedia dan beserta mengecek tingkat kerusakannya dan lain-lain sebagainya. Intinya kolaborasi seluruh elemen sekolah harus terjadi disini. Walaupun pada prakteknya terkadang bagian sapras lamban dalam mengurusi hal hal kebutuhan tersebut, mungkin dikarenakan fokus mengajar juga serta ada hal-hal lain yang tidak bisa ditinggalkan, maka pemakluman harus dikedepankan, yang penting buatlah laporan , maka insyaAllah akan dikerjakan saja oleh bagian Sapras.

Wartawan

    Sebagaimana wartawan yang dituntut profesionalnya untuk mencari berita. Seorang guru zaman sekarang harus dapat memilih dan memilah yang mana hoax atau yang benar. Diperlukan filter terlebih dahulu untuk informasi yang masuk. Karena jika tidak memfilter maka akan menjadi sebuah tragedi yang banyak sekali efeknya. Jadi jangan asal menshare berita yang judulnya seksi atau membuat kejengkelan, kita harus pahami terlebih dahulu dari sumber aslinya. Sebagaimana orang banyak salah paham mengenai kurikulum merdeka yang tidak membolehkan anak tinggal kelas. Kita jangan menelan mentah-mentah peraturan tersebut dan menyebarkannya menurut pemahaman kita sekehendak kepada guru lainnya. Tetapi kita harus memfilter lalu memvalidasi berita tersebut kepada sumber yang asli, dengan misalnya membuka Platform Merdeka Mengajar (PMM) atau website Kemdikbud yang tepercaya. Jadi dibutuhkan kerja keras untuk memahami tsunami informasi diera sekarang ini. Jangan bicara dulu kalau tidak paham isinya beserta kebijakan yang dikeluarkan. Jangan bicara dulu kalau PMMnya belum maksimal dipelajari bahkan tidak dikerjakan sama sekali. Jangan asal sebar berita jika kita belum membaca kurang lebih 100 buku yang terkait mengenai kurikulum merdeka dan yang terkait bersamanya. Apalagi yang sudah mendapatkan sertifikasi, seharusnya harus lebih produktif dalam melakukan riset untuk pembelajaran yang lebih baik. Karena salahsatu fungsi sertifikasi adalah untuk meningkatkan kebutuhan kompetensi guru. Kebutuhan kompetensi guru tersebut adalah banyak membaca buku atau membeli buku yang relevan dengan zaman sekarang. 

Ahli Sosial

    Bermacam-macam latar belakang siswa, ada yang keluarganya utuh harmonis, ada yang keluarganya bermasalah, ada yang yatim piatu dari kecil, dan lain sebagainya, guru zaman sekarang pun dituntut untuk menjadi ahli sosial. Karena sebenarnya setiap latar belakang itu memiliki penanganan yang berbeda ketika di sekolah. Makanya kita secara otodidak mau tidak mau digiring menjadi ahli sosial. Dengan melakukan pengamatan yang komprehensif dan holistik seorang guru zaman sekarang harus mampu melahirkan sikap yang tidak tergesa-gesa dalam memutuskan kesimpulan kepada siswa tersebut. Guru harus bisa membantu siswa bertumbuh dengan latar belakangnya tersebut. Maka daripada itu sebenarnya peran pemerintah daerah disini juga dibutuhkan. Pemerintah daerah harus turun kelapangan melihat langsung permasalahan sosial tersebut bukan sekedar data formalitas saja. Karena percuma pihak sekolah menindak dan memberikan bimbingan, tetapi lingkungan sosialnya tidak mendukung seperti maraknya minum-minuman keras, banyaknya club malam, dan mudahnya seorang siswa dalam mendapatkan barang-barang yang haram. Kalau perlu diadakan program khusus untuk anak-anak yang terinfeksi hal tersebut untuk dikarantina selama 3 bulan misalnya yang mana isinya aktivitas kerohanian atau program yang dapat membuat anak tersebut tidak melakukan penyimpangan sosial tersebut. Dan petugas kepolisian harus tegas secara rutin menjamin daerahnya agar berkurangnya masalah tersebut bahkan kalau bisa dihilangkan penyebab dari semua itu. 

Ahli Ekonomi

       Guru pun dituntut untuk memberi perhatian kepada siswa  yang ekonominya dibawah rata-rata dan yang kebetulan tidak masuk dalam bantuan PIP (Program Indonesia Pintar). Pemerintah memang sudah membuat program tersebut tetapi pada prakteknya masih ada saja siswa yang sangat kurang mampu malah tidak mendapatkannya. Bahkan karena tidak mampu tersebut mereka harus terpaksa berjualan untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Guru harus melakukan monitor dalam hal ini wali kelas agar responsif ketika ada siswa yang dibawah rata-rata dan dilaporkan ketika sedang rapat berlangsung. Di sekolah kami ada beberapa siswa yang kurang mampu dibantu dengan diambil dari keuntungan koperasi tersebut. Agar sekiranya wajib belajar seorang siswa tersebut tidak terputus hanya karena ekonomi semata. Pejabat yang terkait juga harus turun kelapangan secara rutin untuk memastikan siswa di daerahnya mendapatkan fasilitas pendidikan dengan nyaman dan tidak perlu mereka harus memikirkan bagaimana untuk makan hari ini. Data penting tetapi lebih penting data tersebut langsung dicek kelapangan atau adakan program aduan khusus pendidikan mengenai ekonomi, agar sekiranya pemerintah daerah langsung sigap ketika ada laporan tersebut datang dengan melakukan pengecekan secara berkala. Agar bantuan tersebut tidak salah sasaran.
        

        Semoga perkara Guru now harus multitalent ini segera disadari oleh kita semua, karena kalau bukan kita yang bergerak siapa lagi. Yang penting kita harus mempunyai semangat kontribusi dalam pendidikan. Semoga Allah SWT mengampuni dosa kita baik yang disengaja maupun tidak disengaja, dan kedepannya tercipta generasi yang berperadaban, adil, harmonis, dan bertaqwa kepada Allah SWT serta cinta Rasulullah SAW. 



       Kegiatan hari ini ditutup dialog rutin untuk siswa/i yang tidak masuk pesantren ramadhan 2023 didampingi oleh wali murid ,wali kelas, dan BK dengan berbagai permasalahan dan alternatif solusi, semoga siswa/i kita diberikan kesuksesan dan berkah dunia akhirat.


Komentar