Alhamdulilah puasa ke 14 Ramadhan sedang menuju malam ke 15 Ramadhan. Hampir setengah perjalanan lagi ibadah puasa Ramadhan akan berakhir. Apakah kita sudah mendapatkan makna puasa dalam menjalani hidup ? Diantara makna puasa adalah menahan dari sikap buruk kepada karakter yang lebih baik. Contoh sikap karakter yang baik adalah tidak menceritakan aib saudaranya atau bahasa agamanya adalah ghibah. Karena sebagaimana yang dijelaskan didalam Q.S Al Hujurat ayat 12 bahwa, " Hai orang-orang yang beriman , jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kalian menggunjing satu sama lain. Adakah seorang diantara kalian yang ingin memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Tentu saja kalian merasa jijik. Dan bertaqwalah kepada Allah . Sesungguhnya Allah Maha penerima taubat lagi Maha Penyayang"
Didalam buku Ringkasan Ihya Ulumuddin karya Habib Umar bin Hafidz pada halaman 125 definisi ghibah adalah engkau membicarakan orang lain berkenaan dengan sesuatu yang jika ia mendengar, maka ia tidak merasa senang. Baik kekurangan fisik, keturunan, akhlak, ucapan, urusan agamanya, dunia, bahkan pakaian, rumah, dan kendaraannnya.
Sabda Rasulullah SAW, Tahukah kalian, apa menggunjing itu ? Para sahabat menjawab," Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui. Rasulullah berkata, Kalian menyebut kekurangan orang lain tanpa sepengetahuannya." Para sahabat lantas bertanya, "Bagaimana jika yang kami katakan itu benar ? Rasulullah menjawab, " Jika yang kalian katakan itu benar, maka kalian telah menggunjingnya, bila yang kalian katakan tidak benar, maka kalian telah berdusta.
Adapun sebab-sebab yang membolehkan menggunjing ada pada enam perkara yakni :
1. Mengadukan kezaliman yang dialami.
2. Untuk mengubah kemungkaran dan mengembalikan orang yang berbuat maksiat ke jalan yang baik. Diriwayatkan bahwa seorang sahabat lewat di hadapan sahabat yang lain, lalu mengucapkan salam kepadanya. Tetapi salamnya tidak dibalas. Lalu sahabat itu menemui Abu Bakar dan menceritakan kejadian itu kepadanya. Lantas Abu Bakar datang kepada yang dilaporkan untuk mendamaikannya. Menceritakan yang seperti ini tidak di katakan menggunjing.
3. Untuk meminta fatwa. diriwayatkan dari Hindun binti Utbah, bahwa ia bertanya kepada Rasulullah, " Sesungguhnya abu Sufyan (suaminya) adalah laki laki pelit, ia tidak memberi uang belanja yang cukup untuk aku dan anakku, apakah boleh aku mengambil hartanya tanpa izinnya ? Rasulullah Saw lalu berkata ,"Ambillah apa yang cukup untukmu dan untuk anakmu dengan baik"
4. Untuk memperingatkan orang Muslim dari perbuatan jelek. Jika engkau melihat seseorang sering datang kepada ahli bid'ah atau orang fasik, sedang engkau khawatir perbuatan bi'ah dan fasik itu akan menular kepadanya, maka engkau boleh menjelaskan dan memperingatkan kepadanya bahwa orang tersebut afalah ahli bid'ah dan berbuat fasik.
5. Karena julukan yang sudah terkenal. Seperti Si Pincang dan lain-lain. Kalau didapatkan nama lain untuk menggantikan julukan tersebut dan dapat dikenal dengan nama itu, maka penggantian julukan itu lebih utama.
6. Karena kefasikan yang dilakukan dengan terang-terangan. Umar r.a berkata, "Tidak ada kehormatan bagi orang yang berbuat zalim." Maksudnta adalah orang yang terang-terangan dengan kefasikannya.
Hari ini saya mendapatkan sebuah video inspirasi berupa Tips dan Trik pembelajaran berdiferensiasi di kelas oleh Bapak Padiya di grup WA sekolah. Banyak pelajaran yang saya dapat dari video tersebut diantaranya defenisi diferensiasi yakni proses pembelajaran yang memenuhi kebutuhan individu belajar siswa. Dalam prakteknya diferensiasi harus didasari dalam 3 hal yakni kesiapan belajar, minat, dan profil belajar siswa. Maka awali dengan asesmen diagnostik misal dengan memberi pertanyaan kepada siswa seperti " Apa yang ingin diketahui dari materi .......? ", " Apa yang sudah diketahui dari materi....?, "Bagaimana cara belajar yang anda inginkan dalam materi....? Setelah memetakan hal ini maka guru dapat merancang pembelajaran diferensiasi yang hendak dilakukan. Pembelajaran diferensiasi terdapat 3 hal yakni :
1. Diferensiasi konten.
2. Diferensiasi proses.
3. Diferensiasi produk.
Setelah mendapatkan ilmu ini, saya mencoba mempraktekkan hal ini kepada kelas XI IPA 1 yang kebetulan sedang pindah bab yang baru yakni saling menasehati dalam Islam ruang lingkup : khutbah, tabligh, dan dakwah di masyarakat. Setelah bercerita sedikit mengenai keutamaan saling menasehati dan berupa cara-caranya, saya melakukan diferensisasi konten dengan menanyakan ," Apakah kalian pernah saling menasehati ? Jika iya, biasanya kalian menasehati apa? Beragam jawaban pun muncul, ada yang menasehati mengenai pentingnya shalat, berkata jujur, dan lain-lain. Dari jawaban ini penulis berencana akan melakukan tugas formatif berupa menulis essay mengenai tema yang dipilihnya dan produk yang dihasilkan adalah berupa kumpulan essay tema saling menasehati tersebut yang diambil dari kisah nyata dan beserta solusi pemecahan masalahnya menurut Agama Islam.
Walaupun pada 4 bulan lalu, penulis sudah mencoba melakukan diferensiasi ini dengan diferensiasi proses dan produk pada Bab " Beriman kepada Rasul-Rasul Allah SWT". Sewaktu itu produknya adalah membuat video berupa hasil kegiatan Maulid Nabi Muhammad SAW di lingkungan sekitar dan 1 kisah mengenai Nabi Muhammad SAW yang bisa menjadi pelajaran. Al Hasil ada yang suka mengerjakan dengan individual , ada yang suka secara berkelompok, penulis membebaskan hal tersebut. Hasilnya jadilah seperti dibawah ini :
Pada siangnya penulis bersama panitia pesantren Ramadhan, BK dan wali kelas X melakukan dialog bersama wali murid dan murid yang tidak masuk kegiatan pesantren Ramadhan selama lebih dari 2 hari. Setelah dialog terjadi akhirnya didapati permasalahannya pertama, kesiangan. Kedua, tidak ada motor. Ketiga, dari rumah pergi kesekolah ternyata tidak sampai kesekolah. Setelah dari pihak sekolah memberikan paparan mengenai pentingnya kerjasama antara sekolah dan orangtua agar terciptanya pendidikan yang berkualitas, disepakati bahwa siswa tersebut menganti dengan beberapa tugas yang akan dipantau oleh orangtuanya tersebut. Memang pada era sekarang bukan zamannya lagi langsung memberi sangsi kepada peserta didik, kita harus mencari tahu latar belakang mengapa siswa tersebut melakukan hal itu, dan yang paling ditekankan adalah dialog untuk mencari solusi bersama-sama.
Mantap...lanjutkan...
BalasHapusGak ghibah, cuma ngomongin, wkwk
BalasHapusGak gibah hanya memujimu bujang tampan😄
BalasHapus