Berkah Sandal Hilang

 

    Alhamdulilah Ramadhan ke 25 sudah terlalui dengan menyenangkan.  Diantara yang membuat menyenangkan adalah bisa makan berbuka dirumah bersama keluarga. Itu yang selama 22 hari di perantauan tidak bisa dilakukan,hanya ditemani dengan kemandirian. Ampal jagung dan tempe sambal menemani berbuka pada hari ini. Makanan tersebut adalah makanan favorite dari penulis,apalagi kalau yang memasak adalah chef dunia akhirat yakni mama tercinta, sangat enak dan  berbeda rasanya dibanding makanan direstaurant bintang 5 di luar negeri.

      Malam ini terjadi insiden raibnya sandal imam di masjid ketika tugas. Imam tersebut adalah penulis sendiri. Cukup kaget,karena selama Ramadhan ini hampir tidak ada menemui tradisi hilang sandal lagi, ketika di Samarinda ditakdirkan oleh Allah menemui tradisi kehilangan sandal ini. Tetapi tidak apa-apa kehilangan sandal daripada ditakdirkan oleh Allah kehilangan iman. Itu lah yang wajib diwaspadai oleh seorang Muslim/Muslimah. Waspada jika tidak merasa kehilangan jika tidak mengerjakan shalat lima waktu, waspada jika tidak peduli dengan sesama, dan waspada iman yang sedang turun serta waspada-waspada lainnya. Semoga dengan waspada tersebut makin mendekatkan kita kepada Allah SWT dan akhirnya dicintai oleh Allah dan Rasulullah SAW.

        Setelah tugas imam dimasjid Al Ihsan Samarinda, penulis bersilahturahmi kepada teman lama waktu MTsN dulu yang kebetulan seorang hafidz lulusan pondok Asy-Syadzili Malang binaan Gus Mun'im. Makhorijul hurufnya sangat bagus sekali dan baru menjuarai MTQ Cabang Qiraat Murattal di Kota Samarinda. Sebentar lagi akan berlaga di tingkat Provinsi Kalimantan Timur. Semoga dimudahkan oleh Allah SWT. Uniknya walaupun juara beliau tidak sungkan untuk minta lihatkan bacaan dan tampilan nada Al Qur'annya, sekitar 30 menit penulis mendengarkan bacaannya dan sangat bagus sekali. 

        Dan diakhir perjumpaan tiba-tiba sarung goyor dihadiahkan kepada penulis, penulis yang kaget bercampur senang akhirnya menerima pemberian tersebut. Semoga rezekinya makin ditambahkan oleh Allah SWT. Ini lah salahsatu bonus dari keistimewaan silahturahmi selain memperpanjang umur dan memberkahi rezeki adalah saling memberi hadiah kepada sesama muslim. Karena Nabi Muhammad SAW bersabda " Saling memberi hadiahlah , niscaya kalian akan saling mencintai" ( HR. Bukhari). Mungkin hadiah ini adalah penganti sandal yang hilang. SubhanaAllah.


    Sandal yang hilang telah mengajarkan penulis bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Kesedihan,kekesalan dan semacamnya memang menghiasi ketika peristiwa itu terjadi. Bahkan mengeluh dan menyalahkan juga menyertai ketika peristiwa itu berlangsung. Tetapi penulis ingat mengenai pelajaran kontrol diri, bahwa kita akan kecewa terus ketika fokus kita diluar diri kita yang tidak bisa kita ubah. Situasi sandal hilang tidak bisa kita kontrol karena itu diluar kendali kita, jadi yang bisa kita kendalikan adalah menghentikan reaksi mengeluh, menyalahkan karena itu pekerjaan yang sia-sia jika diteruskan berlama-lama. Akhirnya penulis mencoba ikhlaskan dengan pulang tanpa sandal. dan buah dari berdamai dengan kondisi tersebut,akhirnya Allah berikan rezeki yang tak disangka-sangka, dengan menghibur diri melalui wasilah silahturahmi, Allah hadirkan sarung yang berkualitas bahkan lebih mahal dari sandal tersebut. Pelajaran kedua dari sandal yang hilang ini adalah ketika kita mengikhlaskan sesuatu maka akan memancing hal-hal baru yang akan menjadi milik kita. Sarung adalah simbol untuk menutup aurat sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT, sedangkan sandal adalah simbol untuk menutup telapak kaki agar tidak terkena najis sebagai sarana menuju beribadah kepada Allah SWT. Maknanya sandal dan sarung adalah hal yang saling melengkapi dalam ibadah. Sebagaimana kehadiran fisik dan batin ketika beribadah juga saling bertautan satu sama lainnya. Makanya kita dituntut untuk terus belajar agar ibadah yang kita lakukan dapat dijalankan dengan sempurna, sehingga makin membuat kita dekat dengan Allah SWT dan makin gembira ketika beribadah.

Komentar