Aktivitas Penuh Keberkahan

 

    Alhamdulilah hari ke 13 Ramadhan berlalu, banyak aktivitas hari ini dilakukan. Semoga seluruh aktivitas kita selalu di ridhoi oleh Allah SWT dan selalu mendapatkan keberkahan dari hal tersebut. Penulis mengawali pagi tadi dengan masuk jam 1 yakni 08.00 di kelas X-5.  Dengan memanfaatkan waktu kurang lebih 40 menit untuk mengajar di kelas tersebut. Penulis berpesan kepada siswa X-5 bahwa apapun hobi atau kesukaan mereka jadilah ahli dibidang tersebut. Artinya bersungguh-sungguh untuk berlatih, mencari ilmu mengenai hobi tersebut, hingga walaupun hidup diujung hutan orang-orang akan terus mencari kita karena membutuhkan keahlian kita. Begitu juga sebagai guru, penulis karena sudah terjun didunia guru berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi guru yang benar-benar guru. Bukan seperti guru yang diklasifikasikan oleh Wiwid Prasetyo pada bukunya 200 Inspirasi dari Guru untuk Guru pada halaman 98 diantaranya :

1. Guru yang terpaksa menjadi guru, dikarenakan ini satu-satunya lapangan pekerjaan yang tersedia.  Seandainya ia mencari pekerjaan lain, terasa sulit karena tak memiliki keahlian dan ia menganggap menjadi guru tidak perlu keahlian khusus.

2.Guru yang mengeluh dikarenakan beban mengajar yang banyak, tugas administrasi yang membengkak dan minimnya gaji yang didapat.  

3. Guru yang sibuk menyelesaikan administrasi, bahan ajar, dan perangkat pembelajaran lain tanpa menghubungkannya dengan realitas akidah, iman, akhlak, dan lainnya untuk memberi pemahaman kepada murid-muridnya.

Semoga kita termasuk yang guru tipe keempat sebagai berikut ini :

4. Guru yang mendidik, tak hanya mengajar, tetapi juga menjadikan murid-muridnya paham agama, berakidah tauhid dan berakhlakul karimah. Pikir dan zikirnya hanya untuk memahat tumbuh kembang anak didiknya. 


    Hari ini kebetulan penulis khatam membaca buku Totto-Chan Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuroyanahagi yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Didalam buku itu penulis banyak mendapatkan pelajaran terkait pendidikan yakni :

1. Tidak langsung menjugde bahwa anak itu nakal. Tetapi selidiki dulu, dengarkan dulu dia, beri perhatian kepada anak tersebut, karena setiap anak pasti memiliki potensi kebaikan yang dapat dikembangkan. Fokuslah kesana.

2. Pada halaman 270 Mr. Kobayashi diceritakan sangat menghargai segala sesuatu yang alamiah dan ingin agar karakter anak-anak berkembang sealamiah mungkin. Dia yakin, setiap anak dilahirkan dengan watak baik, yang dengan mudah bisa rusak karena lingkungan mereka atau karena pengaruh-pengaruh buruk orang dewasa. Oleh karena ini penulis dapat mengambil hikmah sekolah harus menciptakan suasana sistem yang bisa mengarahkan peserta didik kepada watak yang lebih baik. Tanpa kerjasama seluruh pihak sekolah dan orangtua maka itu mustahil dilakukan. Seperti contohnya di sekolahan, ketika melakukan shalat dhuzur berjamaah, jika ingin anak muridnya senang dan terbiasa dengan hal itu, seluruh guru maupun pegawai harus ikut juga shalat berjamaah. Agar tidak ada prasangka murid yang mengatakan, guru itu saja tidak shalat, bapak itu saja tidak shalat. Karena di era teknologi sekarang ini, teladan adalah senjata yang ampuh bagi mendidik murid. Contoh lainnya, ketika digalakkan literasi, seluruh guru dan pegawai pun harus membaca dan menulis, jangan hanya menyuruh peserta didiknya saja. Karena yang dicari oleh murid sekarang ini adalah inspirasi. Semakin banyak inspirasi semakin berkualitas siswa di sekolah tersebut. Penulis jadi teringat Q.S Ash-Shaff ayat 3 bahwa " Sangatlah dibenci disisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan"  Semoga kita semua selalu diampuni oleh Allah SWT. 

        Setelah itu tepat pukul 09.35 penulis memasuki kelas XI IPS 1. Kelas dimana penulis pernah menjadi wali kelasnya disitu. Banyak atlet didalam kelas tersebut. Semoga mereka semua selalu dalam kesuksesan dan selalu kuat juga dalam ibadahnya kepada Allah SWT. Dikelas tersebut penulis sampai pada awal bab mengenai saling menasehati dalam ruang lingkup khutbah, tabligh, dan dakwah. Penulis mengawali dengan 3 cara dalam menasehati seseorang :

1. Dengan tangan artinya dengan kekuasaannya dia bisa merubah orang yang dipimpinnya menjadi kearah yang lebih baik. Indikator lebih baik dalam pandangan Islam adalah segala aktivitas yang dibawah kekuasaannya bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

2. Dengan lisan artinya dengan pengaruh lisannya ia bisa memberikan penjelasan yang bisa mengungah hati orang agar bisa meninggalkan kebiasaan jeleknya. Jika diera sekarang bisa dikaitkan dengan kajian ilmiah, semisal dampak buruk melakukan zina atau pacaran bagi kesehatan, dampak buruk psikologi seseorang ketika menjadikan ghibah sebagai hobi, dan lain-lain.

3. Dengan doa artinya ini adalah selemah-lemahnya usaha kita. Kita meyakini didalam hati bahwa tindakan itu tercela dan dosa, tetapi kita tidak bisa berbuat apa-apa, maka berdoalah kepada Allah semoga teman kita atau sahabat kita diampuni oleh Allah dan segera kembali kepada jalannya Allah SWT.

        Selanjutnya jam 10.15 penulis pun memberikan tugas kepada kelas XI IPS 1 mengenai perbedaan ruang lingkup yang dijelaskan tadi. Karena ada rapat refleksi IKM (Implementasi Kurikulum Merdeka) yang menghasilkan kesimpulan setelah menjawab quesioner bahwa sekolah SMA Negeri 1 Rantau direkomendasikan sebagai sekolah merdeka berubah.




        Penulis diwaktu mengisi survey secara bersamaan tersebut keluar sebentar untuk mengantar buku solo " Pengabdian Literasi Sang Guru" kepada Pengawas PAI jenjang SD yakni Ibu Norsyam Amaly yang kebetulan tidak jauh dari sekolah penulis yakni di Dinas Pendidikan Kabupaten Tapin. Alhamdulilah bisa dibeli oleh beliau , beliau berpesan terus menulis, ditunggu selalu karya selanjutnya.


        Kegiatan hari ini pun ditutup dengan shalat dhuzur secara berjamaah bersama guru dan murid SMA Negeri 1 Rantau. Semoga kita semua bisa menuju pendidikan ideal yang membangun peradaban generasi yang berkualitas baik dalam ibadah, akhlak maupun kecerdasan duniawi. Aamiiin...



Komentar

Posting Komentar