Ketika banyak orang yang masih melanggar hal-hal terlarang oleh Agama Islam semisal berzina, narkoba, mabuk, berjudi, tetapi orang tersebut masih melaksanakan kewajiban seperti shalat lima waktu. Apakah shalatnya itu tetap diterima oleh Allah SWT ? Lalu apakah hanya dengan melakukan hal basic(wajib) kita akan masuk surga ?
Penulis akan menjawab dengan 2 sudut pandang yakni pertama sebagai pelaku maksiat, kedua sebagai orang yang melihat maksiat. Sebagai pelaku maksiat, kita harus meyakini bahwa Allah SWT Maha Pengampun. Ampunan Allah SWT itu sangat luas bagi hambanya yang datang kepada Nya. Bahkan salahsatu keistimewaan umat Rasulullah SWT itu adalah siksa atas dosanya ditangguhkan sampai ia bertobat meminta ampun kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh hingga sebelum ruh keluar dari tenggorokannya. Sebagaimana dijelaskan didalam Qur'an Surah Ali Imran : 135 sebagai berikut :
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَىٰ مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْلَمُونَ
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui."
Langkah selanjutnya adalah dengan berkumpul dengan komunitas atau teman yang mengarahkan kita kepada pribadi yang lebih baik. Sebagaimana ucapan guru penulis Al Habib Muhammad bin Muhdor Al Attas bahwa teman itu adalah cerminan diri. Perilaku kita banyak kurangnya pasti meniru teman atau komunitas kita, maka selektiflah dalam memilih teman. Jika kita sudah menemukan teman yang bisa membuat kita lebih baik, lebih taat, lebih cinta Allah SWT dan Rasulullah SAW maka pegang erat pertemanan tersebut. Tetapi sebaliknya jika pertemanan tersebut malah membuat kita makin jauh dari Allah SWT dan Rasulullah SAW, makin melawan dengan orangtua, makin tidak hormat dengan guru, maka beranikan diri untuk meninggalkan pertemenan tersebut. Yakin, Allah akan mengantikan pertemanan tersebut dengan yang lebih baik.
Berikut tips dari Ibrahim bin Adham dalam menjauhkan kita dari maksiat yakni
- Jika engkau akan melakukan perbuatan maksiat kepada Allah, maka janganlah engkau makan rezeki dari Nya.
- Jika engkau akan melakukan perbuatan maksiat, maka janganlah engkau tinggal di negeri milik Allah.
- Jika engkau ingin melakukan perbuatan maksiat, maka carilah tempat dimana engkau tidak dilihat oleh Allah, maka lakukanlah perbuatan maksiat di tempat itu.
- Apabila malaikat maut datang kepadamu untuk mencabut nyawamu, maka katakanlah kepadanya, "Tundalah hingga masa tertentu".
- Jika malaikat Zabaniah (para malaikat neraka Jahannam) datang kepadamu untuk memasukkanmu ke dalam neraka Jahannam, maka janganlah engkau pergi bersama mereka.
Sudut pandangan kedua adalah untuk orang yang melihat kemaksiatan. Kita bisa berpedoman dari sebuah hadis yang mahsyur sebagai berikut :
" Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran , ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa maka ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa ,ingkarilah dengan hati perbuatan tersebut, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman".
Tetapi caranya pun harus baik dalam menghilangkan kemungkaran tersebut, seperti yang dijelaskan dalam Qur'an Surah An-Nahl :125 yakni
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."
Untuk orang yang masih melakukan maksiat tetapi tetap melakukan shalat dia masih dikatakan seorang mu'min, maka sah saja shalatnya asalkan rukunnya terpenuhi. tetapi urusan diterima atau tidak,itu hak prerogatif Allah SWT. Tetap saja melakukan shalat, siapa tau diantara salah satu sujud seorang hamba itu bisa merubah hatinya menjadi orang yang taat kepada Allah. Karena Allah Maha membolak balikkan hati. Makanya orang baik itu pasti memiliki masa lalu, sedangkan pendosa pasti memiliki masa depan. Terus beribadah hingga Allah SWT mencintai kita.
Surga atau neraka itu juga hak prerogatif Allah SWT. Kita masuk surga itu bukan karena amal kita tetapi karena ridho-Nya. Tetapi Allah mengatakan didalam Al-Qur'an cara meraih ridho-Nya diantaranya Qur'an Surah An-Nahl : 97 :
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
Diantara amal shaleh adalah mendirikan shalat, mengaji secara rutin , bersedekah baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan, dan lain-lain. Maka tugas kita adalah melakukan perintah Allah SWT dengan sebaik-baiknya dan menjauhi larangannya agar mendapat ridho Nya.
Wallahualam bis shawab
Masya Allah luar biasa ulasan yang sangat bermanfaat juga inspiratif terus bergerak anak muda dijalan yang Allah Ridha-i sepanjang hidupmu dan jalin persahabatan meluas dengan orang-orang salih
BalasHapus